Wednesday, November 19, 2008

MAMAT si kondang

Mamat, pesuruh di kantor kami dikenal suka omong gede, ngakunya kenal sama semua orang beken di negeri ini. Tingkahnya itu kadang-kadang ngeselin. Suatu waktu, boss-nya penasaran dan ingin membuktikan bualannya. "Oke boss" kata si Mamat, "sebutin aja deh nama orangnya yang ane kagak kenal". "Coba buktiin you kenal nggak sama si Meriem Bellina". "Beres boss. 'Yuk kita ke pengadilan". Maklum si Meriem 'kan lagi ngegugat-cerai lakinya. Di pengadilan, menunggu sebentar, nggak lama kemudian muncul Meriem diiringi pengacaranya. Begitu lewat di depan si Mamat, langsung siMeriem negor: "Eh, Mat ke mana aja udah lama nggak keliatan?", diiringi cium pipi kiri dan kanan ala selebritis. "'Ntar kalo urusan udah selesai main ya kerumah". Sejenak si boss terpana, tapi tak lama kemudian dia ngomong: "Ah, saya masih belum yakin. 'ngkali kebetulan aja. Ayo sekarang tunjukin kalo you kenal sama si Liem Sioe Liong". "Beres boss". Esoknya mereka menunggu di lobby gedung BCA yg diagunin ke BPPN itu. Tak lama kemudian muncullah si taipan diiringi bodyguard-nya. Melihat si Mamat, eh si taipan nyamperin: "Haiyya, Mat. Tumben elu baru nongol. Owe udah lama nyariin elu. Ke mana ajah? Yuk keatas dulu, kita ngopi sebentar". "Wah, 'koh, ane lagi banyak urusan nih. Kamsia deh. Kapan-kapan ane pasti mampir lagi". Si taipan nyautin: "Iya dah. Jangan lupa ya", sambil tangannya menyisipkan sesuatu ke kantong si Mamat. Beberapa saat si boss melongo menyaksikan semua adegan pembicaraan. Tapi si boss masih penasaran, katanya: "Oke deh, saya udah hampir percaya semua yang saya saksikan. Tapi ini test yang terakhir. Coba buktiin kalo you kenal sama Gus Dur". "Yakh boss, terang ane kenal, 'kan saben hari nongol di TV". "Bukan itu maksudku, tapi kenalnya kenal beneran", sergah si boss. "Beres deh boss, 'kan hari Minggu ada Istighosah mendukung Gus Dur diSenayan. 'Ntar kita ke sana." Hari Minggu sungguh luar biasa, ribuan massa NU sudah luber di Senayan. "Wah, boss kalo gini caranya susah juga ya. Gimana caranya dia tau ane ada di sini. Tapi... gini aja deh, boss. Boss tunggu aja di sini. Boss liat aja nanti ane keluar di podium barengan ame Gus Dur. Ane kenal kok sama Banser-Banser yang tugas di podium." Ditunggu-tunggu, setengah jam kemudian tepuk tangan bergemuruh menyambut Gus Dur keluar dari podium, dan...keluar dengan digandeng si Mamat disebelahnya. Di sebelah satunya jelas si Yenny, putrinya. Tak lama kemudian si Mamat balik mau nemuin boss-nya. Kaget dia nemuin bossnya pingsan dikelilingi Petugas P3K, jangan-jangan serangan jantung. Setelah ditunggu beberapa lama kemudian, pelan-pelan dia ngomong ke si bossnya: "Boss, boss kenapa ente. Nyebut dong, nyebut". Alhamdulillah, nggak lama si boss buka matanya, setengah berbisik "Nggak apa-apa. Aku nggak apa-apa". "Abis kenapa bisa kejadian begini?", tanya si Mamat. "Tadi waktu you keluar bareng Gus Dur di podium, orang di sebelah saya ngomong: "EH, SIAPA TUH YANG DIGANDENG SI MAMAT???

Jangan Pernah Menganggap Seseorang Lemah

Kisah nyata ini terjadi di sebuah Rumah Sakit di Tennessee, USA . Seorang ibu muda, Karen namanya sedang mengandung bayinya yang ke dua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael anaknya pertama yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya. Michael senang sekali akan punya adik. Kerap kali ia menempelkan telinganya diperut ibunya.. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih diperut ibunya itu. Nampaknya Michael amat sayang sama adiknya yang belum lahir itu. Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh diluar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen; bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi. Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus! Mami, .... aku mau nyanyi buat adik kecil! Ibunya kurang tanggap. Mami, ... aku pengen nyanyi! Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya. Mami, ... aku kepengen nyanyi! Ini berulang kali diminta Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak. Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup! Ia d ice gat oleh suster didepan pintu kamar ICU. Anak kecil dilarang masuk!. Karen ragu-ragu. Tapi, suster.... suster tak mau tahu; ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk! Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya: Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya! Suster terdiam menatap Michael dan berkata, tapi tidak boleh lebih dari lima menit!. Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut. Michael menatap lekat adiknya ... lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring "... You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey ... " Ajaib! si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya. You never know, dear, How much I love you. Please don't take my sunshine away. Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan terus, ... terus Michael! teruskan sayang! ... bisik ibunya .... The other night,dear, as I laid sleeping, I dream, I held you in my hands ... dan sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur .... I'll always love you and make you happy, if you will only stay the same ... Sang adik kelihatan begitu tenang ... sangat tenang. Lagi sayang! bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan ... adiknya kelihatan semakin tenang, relax dan damai ...lalu tertidur lelap. Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri. Hari berikutnya, satu hari kemudian si adik bayi sudah diperbolehkan pulang.. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah therapy ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai Mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa, sungguh amat luar biasa! tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata. Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan "How much I love you". Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil "Michael" untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagiNYA bila IA menghendaki terjadi. Note: Kadang hal-hal yang menentukan, dalam diri orang lain ... Datang dari seseorang yang kita anggap lemah ... Hadir dari seseorang yang kita tidak pernah perhitungkan