FILOSOFI POHON KARET
Apa yang paling berharga dari pohon karet? Getahnya! Dari getah
tersebut rupa-rupa manfaat dinikmati umat manusia: karet gelang,
bola, dan ban mobil adalah contoh benda-benda yang dibuat dengan
bahan dasar karet. Seorang kawan dari Belanda pernah berkisah bahwa
saat Perang Dunia II, Belanda kehilangan Hindia Belanda (sebagai
wilayah jajahan) dan seluruh hasil buminya, termasuk karet. Konon,
karena sama sekali tidak ada karet, sebagian orang terpaksa membuat
roda sepeda dari kayu.
Guna mendapatkan getah yang berharga itu kita harus "melukai" pohon
dengan menyayat batangnya. Dari hasil "luka" tersebut, keluarlah
getah yang sangat besar manfaatnya. Agar memperoleh hasil yang
berkelanjutan, proses "melukai" batang pun dilakukan terus-menerus.
Inilah filosofi pohon karet: dilukai, tetapi malah mengeluarkan hal
yang berharga. Demikian pula seharusnya sikap hati umat kristiani.
Paulus telah meneladankannya dengan sangat baik. Ketika dimaki, kita
memberkati; ketika dianiaya, kita sabar; ketika difitnah, kita
menjawab dengan ramah. Betapa elok jika sikap ini dapat dipancarkan
oleh setiap kita yang percaya kepada-Nya.
Ketika dilukai, mari belajar melepaskan pengampunan, bukan dendam
dan dengki. Belajar dari pohon karet, saat dilukai, kita justru bisa
mengeluarkan hal-hal yang berharga: berkat, ucapan ramah, kesabaran
dan sebagainya. Maukah Anda memulainya? --Viona Wijaya