Thursday, October 16, 2014
SELALU ADA HAL BAIK
Rick Warren, penulis buku Purpose Driven Life, mengalami dua hal
bertolak belakang. Ia sukses besar karena bukunya tercetak hingga 15
juta eksemplar. Bersamaan dengan itu, hatinya hancur karena
istrinya, Kay, diserang kanker. Menyikapi dua hal ini, Rick berkata,
"Saya terbiasa berpikir bahwa hidup adalah deretan gunung dan
lembah. Kita berjalan melalui saat-saat gelap, mencapai puncak
gunung, kemudian kembali lagi, begitu terus-menerus. Kini saya tidak
percaya itu lagi. Hidup ini lebih seperti dua jalur kereta api yang
menyatu di ujung, dan di sepanjang waktu Anda akan menjumpai hal
baik dan juga hal buruk. Sebanyak apa pun hal baik yang Anda terima,
Anda tetap akan menghadapi hal buruk yang mesti diatasi. Sebaliknya,
seburuk apa pun hidup yang Anda jalani, selalu ada hal baik yang
dapat disyukuri."
Hal baik dan buruk kerap kali dapat Tuhan jadikan sarana untuk
mendisiplinkan kita. Sebagai pemilik kebun anggur, Dia menginginkan
tanaman-Nya berbuah banyak . Untuk sampai ke tahap itu,
Pemilik kebun anggur akan memotong ranting yang tak berbuah dan
membersihkan yang berbuah. Setiap kita akan mengalami proses
tersebut untuk menghasilkan kualitas yang sepadan.
Tuhan mendisiplinkan kita supaya kita berbuah banyak. Situasi buruk
semestinya tidak melemahkan kita. Malah, dengan keyakinan, kita bisa
berkata bahwa Tuhan tidak pernah berhenti dengan kita—terus
memproses kita. Sudahkah kita rela didisiplin oleh Allah, supaya
kita makin memuliakan-Nya? --Samuel Yudi S
BERTOBAT BERARTI MEMILIH
UNTUK KEMBALI MENGIKUTI PIMPINAN ALLAH.
Monday, October 06, 2014
"Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik,teranglah seluruh tubuhmu" (Matthew 6:22).
Di dinding bekas tempat kamp konsentrasi tentara Nazi tergores
tulisan berikut ini:
Aku percaya akan matahari, meski ia tak sedang bersinar
Aku percaya akan kasih, meski di saat ia tak sedang diperagakan
Aku percaya akan Tuhan, meski di kala Dia sedang tak berbicara
Mengharukan. Sekaligus menguatkan. Menyingkapkan pergumulan iman
yang sukar dan berat, namun teguh. Si penulis melakukan pilihan yang
berat, namun benar. Ia memilih untuk melihat yang tak terlihat.
Itulah iman. Bagaimana dengan Anda? Kala duka melanda, mata Anda
sedang memandang ke mana: lukamu atau Tuhanmu, Sang Penyembuh luka
itu? --Pipi A Dhali
IMAN MELAMPAUI MATA JASMANI KITA,
MENGARAHKAN PANDANGAN PADA YANG KEKAL.
Di dinding bekas tempat kamp konsentrasi tentara Nazi tergores
tulisan berikut ini:
Aku percaya akan matahari, meski ia tak sedang bersinar
Aku percaya akan kasih, meski di saat ia tak sedang diperagakan
Aku percaya akan Tuhan, meski di kala Dia sedang tak berbicara
Mengharukan. Sekaligus menguatkan. Menyingkapkan pergumulan iman
yang sukar dan berat, namun teguh. Si penulis melakukan pilihan yang
berat, namun benar. Ia memilih untuk melihat yang tak terlihat.
Itulah iman. Bagaimana dengan Anda? Kala duka melanda, mata Anda
sedang memandang ke mana: lukamu atau Tuhanmu, Sang Penyembuh luka
itu? --Pipi A Dhali
IMAN MELAMPAUI MATA JASMANI KITA,
MENGARAHKAN PANDANGAN PADA YANG KEKAL.
DESA POTEMKIN
Pada 1787 di Rusia, Gubernur Gregory Potemkin mendapatkan tugas
untuk membangun kembali wilayah yang hancur karena peperangan dan
mengembalikan orang Rusia untuk tinggal di sana. Ketika Rusia hendak
berperang melawan Kesultanan Ottoman, Ratu Catherine II dan para
pejabat mengunjungi wilayah Potemkin. Untuk memberi kesan bahwa
wilayah itu sudah sukses dibangun kembali, Potemkin membangun "desa"
palsu di sepanjang Sungai Dnieper. Ia juga menyamar menjadi petani
yang tinggal di situ. Ketika rombongan Ratu sudah pergi, "desa" tadi
dibongkar kembali dalam waktu semalam.
Pada masa kini, bisa saja kita melakukan hal yang sama:
menyembunyikan kebusukan hati dengan cara melakukan beragam kebaikan
yang kasat mata,Padahal, hati mereka penuh kemunafikan dan kedurjanaan.
Dengan demikian, segala perbuatan baik tadi menjadi seperti Desa Potemkin
Yang digunakan untuk menutupi ketidakberesan.
Sebagai orang percaya, kita sepatutnya melakukan
segala kebaikan yang dilihat orang tanpa melupakan pentingnya
menjaga kemurnian hati. --Theofilus Yuli S
KEBAIKAN SEJATI SELALU DISERTAI DENGAN KEMURNIAN HATI.
untuk membangun kembali wilayah yang hancur karena peperangan dan
mengembalikan orang Rusia untuk tinggal di sana. Ketika Rusia hendak
berperang melawan Kesultanan Ottoman, Ratu Catherine II dan para
pejabat mengunjungi wilayah Potemkin. Untuk memberi kesan bahwa
wilayah itu sudah sukses dibangun kembali, Potemkin membangun "desa"
palsu di sepanjang Sungai Dnieper. Ia juga menyamar menjadi petani
yang tinggal di situ. Ketika rombongan Ratu sudah pergi, "desa" tadi
dibongkar kembali dalam waktu semalam.
Pada masa kini, bisa saja kita melakukan hal yang sama:
menyembunyikan kebusukan hati dengan cara melakukan beragam kebaikan
yang kasat mata,Padahal, hati mereka penuh kemunafikan dan kedurjanaan.
Dengan demikian, segala perbuatan baik tadi menjadi seperti Desa Potemkin
Yang digunakan untuk menutupi ketidakberesan.
Sebagai orang percaya, kita sepatutnya melakukan
segala kebaikan yang dilihat orang tanpa melupakan pentingnya
menjaga kemurnian hati. --Theofilus Yuli S
KEBAIKAN SEJATI SELALU DISERTAI DENGAN KEMURNIAN HATI.
Wednesday, July 23, 2014
FILOSOFI POHON KARET
Apa yang paling berharga dari pohon karet? Getahnya! Dari getah
tersebut rupa-rupa manfaat dinikmati umat manusia: karet gelang,
bola, dan ban mobil adalah contoh benda-benda yang dibuat dengan
bahan dasar karet. Seorang kawan dari Belanda pernah berkisah bahwa
saat Perang Dunia II, Belanda kehilangan Hindia Belanda (sebagai
wilayah jajahan) dan seluruh hasil buminya, termasuk karet. Konon,
karena sama sekali tidak ada karet, sebagian orang terpaksa membuat
roda sepeda dari kayu.
Guna mendapatkan getah yang berharga itu kita harus "melukai" pohon
dengan menyayat batangnya. Dari hasil "luka" tersebut, keluarlah
getah yang sangat besar manfaatnya. Agar memperoleh hasil yang
berkelanjutan, proses "melukai" batang pun dilakukan terus-menerus.
Inilah filosofi pohon karet: dilukai, tetapi malah mengeluarkan hal
yang berharga. Demikian pula seharusnya sikap hati umat kristiani.
Paulus telah meneladankannya dengan sangat baik. Ketika dimaki, kita
memberkati; ketika dianiaya, kita sabar; ketika difitnah, kita
menjawab dengan ramah. Betapa elok jika sikap ini dapat dipancarkan
oleh setiap kita yang percaya kepada-Nya.
Ketika dilukai, mari belajar melepaskan pengampunan, bukan dendam
dan dengki. Belajar dari pohon karet, saat dilukai, kita justru bisa
mengeluarkan hal-hal yang berharga: berkat, ucapan ramah, kesabaran
dan sebagainya. Maukah Anda memulainya? --Viona Wijaya
Apa yang paling berharga dari pohon karet? Getahnya! Dari getah
tersebut rupa-rupa manfaat dinikmati umat manusia: karet gelang,
bola, dan ban mobil adalah contoh benda-benda yang dibuat dengan
bahan dasar karet. Seorang kawan dari Belanda pernah berkisah bahwa
saat Perang Dunia II, Belanda kehilangan Hindia Belanda (sebagai
wilayah jajahan) dan seluruh hasil buminya, termasuk karet. Konon,
karena sama sekali tidak ada karet, sebagian orang terpaksa membuat
roda sepeda dari kayu.
Guna mendapatkan getah yang berharga itu kita harus "melukai" pohon
dengan menyayat batangnya. Dari hasil "luka" tersebut, keluarlah
getah yang sangat besar manfaatnya. Agar memperoleh hasil yang
berkelanjutan, proses "melukai" batang pun dilakukan terus-menerus.
Inilah filosofi pohon karet: dilukai, tetapi malah mengeluarkan hal
yang berharga. Demikian pula seharusnya sikap hati umat kristiani.
Paulus telah meneladankannya dengan sangat baik. Ketika dimaki, kita
memberkati; ketika dianiaya, kita sabar; ketika difitnah, kita
menjawab dengan ramah. Betapa elok jika sikap ini dapat dipancarkan
oleh setiap kita yang percaya kepada-Nya.
Ketika dilukai, mari belajar melepaskan pengampunan, bukan dendam
dan dengki. Belajar dari pohon karet, saat dilukai, kita justru bisa
mengeluarkan hal-hal yang berharga: berkat, ucapan ramah, kesabaran
dan sebagainya. Maukah Anda memulainya? --Viona Wijaya
Subscribe to:
Posts (Atom)