Wednesday, February 18, 2009

My Lovely Mom...

Ibu saya telah menjanda selama 9 tahun. Beliau tidak mau tinggal bersama salah satu anaknya, beliau lebih senang tinggal di rumah sendiri ditemani oleh kedua orang cucunya. Belakangan ini saya jarang menemuinya karena kesibukan kerja dan bantu istri saya mengurus tiga anak kami.

Suatu malam, tiba-tiba saya pingin pergi berdua saja dengan Ibu dan ketika pikiran itu saya kemukakan ke istri saya, dan spontan dijawab..
"Kenapa tidak kamu lakukan hal itu sekarang, selagi Ibu masih sehat ?"
Saya segera melompat dari tempat duduk saya, angkat telpon.. dan langsung telepon ibu, mengajaknya makan malam dan nonton film. Berdua saja...

"Ada apa dengan istrimu?" kata ibu dari ujung telepon.
Ibu saya adalah tipe yang selalu curiga kalau menerima  undangan yang datangnya tiba-tiba. Bagi dia, itu pasti akan membawa berita buruk.
"Saya pikir, pasti akan menyenangkan kalau kita sekali-sekali ke luar berdua saja," jawab saya. "Istri saya baik-2 aja kok, tapi kali ini (besok) saya memang hanya pingin pergi berdua dengan Ibu, itupun kalau Ibu mau..."
"Ibu mau sekali,..." jawabnya setelah terdiam beberapa lama. Ah, ...sepertinya dia masih curiga.

Besok malamnya, sepulang kantor saya ke rumah ibu. Dari halaman sudah terlihat oleh saya dia agak gelisah, mungkin karena sudah tidak sabar menunggu, dan berdandan resmi sekali.
Ibu jelas telah menata rambutnya di salon, dan dia memakai gaunnya yang terbaik. Gaun yang dipakai pada pesta ulangtahun perkawinan yang terakhir ketika ayah masih hidup.

Ibu menyambut saya dengan senyum lebar, dengan sorot mata seolah tidak percaya akan diajak 'kencan' oleh anak laki-lakinya yang bontot.
"Ibu sempat cerita ke teman-teman tetangga tentang rencana kita ini. Mereka semua kaget dan merasa ikut senang seperti ibu sekarang," kata ibu seraya masuk mobil. "Mereka bilang besok pagi ingin tahu ceritanya."

Kami pergi ke restoran yang agak mahal. Suasana ruangan didalamnya terasa elegan & menyenangkan, dan sayup-sayup terdengar suara musik yang lembut. Ibu menggandeng lengan saya ketika memasuki ruangan,
jalannya anggun persis seperti First Lady.
Ketika itu saya sempat menyesali diri, kenapa tidak dari dulu sejak Ayah meninggal, saya hibur Ibu dengan cara seperti ini ..???

Giliran mau pesan makanan, saya harus membacakan daftar menu karena ibu tak bisa lagi membacanya walaupun sudah menggunakan kacamata.
Ketika sedang membaca daftar itu, saya berhenti sejenak menengok ke ibu. Dia sedang memandangi saya dengan senyum yang penuh kasih...
"Dulu, ibu yang membacakan kamu daftar menu ketika kamu masih kecil," katanya, dengan nada bangga...
"Sekarang ibu santai saja. Giliran saya yang melayani ibu," jawab saya, dengan tidak kalah bangganya...
Sambil makan, kami membincangkan banyak hal sehari-hari. Tidak ada topik yang istimewa tapi obrolan mengalir saja sampai-sampai akhirnya kami terlambat untuk menonton film.

Ketika saya mengantarnya pulang, di muka pintu ibu berkata, "Ibu mau pergi lagi dengan kamu, tapi lain kali ibu yang bayar, ok ?!" Saya setuju...

"Bagaimana 'kencan'mu dengan Ibu?" tanya istri saya sesampai di rumah.
"Sangat menyenangkan. Lebih dari yang saya duga. Tadinya tidak tahu mau ngomong apa. Tapi malah ceritanya kelewat asyik sampai nggak jadi nonton film.."
Istri saya ikut senang mendengar cerita tentang pengalaman saya dan Ibu di restoran itu.

Lalu .................................

Beberapa hari kemudian, ketika sedang di kantor saya dikagetkan oleh berita melalui telpon dari istri saya yang mengabarkan bahwa ibu telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa... terkena serangan jantung.
Begitu tiba-tiba kejadiannya.., saya merasa belum berbuat banyak untuk Ibu, masih terbayang dimata saya 'senyum & sorot mata' kebahagiaan yang terpancar diwajah Ibu ketika makan sambil ngobrol berdua dengan saya di restoran beberapa hari sebelumnya.

Selama seminggu kami tidur di rumah Ibu, disamping untuk benahin barang-barang Ibu yang perlu diberesin, juga menerima teman-teman arisan Ibu serta tetangga yang ingin bertamu untuk menyampaikan bela-sungkawa.
Sekembalinya kami di rumah, ada sepucuk 'surat' yang dikirim oleh restoran tempat saya dan ibu makan malam. Surat itu dilampiri copy 'tanda lunas'.. untuk menu makanan yang sama persis dengan makanan & minuman yang pernah kami pesan sebelumnya... (tertanggal 2 hari setelah kami berdua makan malam bersama), dan... ada selembar kertas dengan tulisan tangan (yang tidak asing bagi mata saya) yang diselipkan disitu, bertuliskan :

"Ibu sudah bayar makan malam kita (sesuai janji Ibu)  walaupun rasanya tak mungkin kita bisa makan bersama lagi. Namun begitu, ibu sudah bayarkan untuk dua orang, Ibu pingin bisa kamu gunakan untuk makan berdua istrimu...
Terimakasih anakku, besar sekali arti undanganmu malam itu, bagi Ibu...!"
 
Saat itu, saya tidak mampu lagi menahan air mata yang sejak di rumah Ibu masih dapat saya 'alih'kan ke hal lain..., kaki saya tiba-tiba terasa lemas, hingga saya terpaksa mencari tempat duduk di teras rumah saya untuk beberapa lama...

......................................

Ketika itulah saya baru memahami betapa pentingnya arti "kesempatan" ... yang bisa kita gunakan untuk mengatakan kepada orang-orang yang kita sayangi, mengenai perasaan kita terhadap mereka....!
Dari pengalaman itu, setiap ada 'kesempatan' berkomunikasi dengan orang-2 dekat saya, khususnya dengan 'orang-2 terkasih', selalu saya manfaatkan untuk menyisipkan pesan singkat... sekedar agar mereka tau bahwa saya sangat menyayangi mereka...!!
  
......................................

Temans, hidup ini kadang terasa sangat singkat... tidak ada hal yang lebih penting dalam hidup ini daripada "Keluarga / Orang-2 yang kita cintai...".
Sediakan waktu kita secara khusus untuk mereka, jangan sampai kita terlambat untuk mengatakan / menunjukkan kepada mereka bahwa kita amat sangat menyintainya...!!!.

........................................

 
Noted:
I miss U more than I ever missed..
I love U Mom...