Wednesday, July 23, 2014

FILOSOFI POHON KARET                        

  Apa yang paling berharga dari pohon karet? Getahnya! Dari getah
  tersebut rupa-rupa manfaat dinikmati umat manusia: karet gelang,
  bola, dan ban mobil adalah contoh benda-benda yang dibuat dengan
  bahan dasar karet. Seorang kawan dari Belanda pernah berkisah bahwa
  saat Perang Dunia II, Belanda kehilangan Hindia Belanda (sebagai
  wilayah jajahan) dan seluruh hasil buminya, termasuk karet. Konon,
  karena sama sekali tidak ada karet, sebagian orang terpaksa membuat
  roda sepeda dari kayu.
   
 
  Guna mendapatkan getah yang berharga itu kita harus "melukai" pohon
  dengan menyayat batangnya. Dari hasil "luka" tersebut, keluarlah
  getah yang sangat besar manfaatnya. Agar memperoleh hasil yang
  berkelanjutan, proses "melukai" batang pun dilakukan terus-menerus.
  Inilah filosofi pohon karet: dilukai, tetapi malah mengeluarkan hal
  yang berharga. Demikian pula seharusnya sikap hati umat kristiani.
  Paulus telah meneladankannya dengan sangat baik. Ketika dimaki, kita
  memberkati; ketika dianiaya, kita sabar; ketika difitnah, kita
  menjawab dengan ramah. Betapa elok jika sikap ini dapat dipancarkan
  oleh setiap kita yang percaya kepada-Nya.
   
 
  Ketika dilukai, mari belajar melepaskan pengampunan, bukan dendam
  dan dengki. Belajar dari pohon karet, saat dilukai, kita justru bisa
  mengeluarkan hal-hal yang berharga: berkat, ucapan ramah, kesabaran
  dan sebagainya. Maukah Anda memulainya? --Viona Wijaya