Sunday, February 21, 2010

apakah kita berusaha menyenangkan semua orang?

Ada cerita tentang seorang bapak dengan anak laki-laki dan
keledainya. Mereka menuntun keledainya hendak ke pasar. Sang bapak
berjalan di samping, sedang anaknya duduk di atas keledai. Beberapa
orang yang melihat berkata, "Anak itu tidak memiliki rasa hormat
kepada orangtua, masak bapaknya berjalan, dianya sendiri naik
keledai?" Tidak enak mendengar kata-kata itu, sang bapak gantian
duduk di atas keledai, dan anaknya berjalan. Orang-orang yang melihat
berkata pula, "Kok tega sekali orangtua itu, enak-enak duduk di atas
keledai sedang anaknya dibiarkan berjalan?" Mendengar itu, sang bapak
meminta anaknya duduk di atas keledai bersamanya. Namun, orang-orang
yang melihat berkata, "Kejam sekali, masak keledai tua begitu
ditunggangi dua orang?" Bapak dan anak itu pun turun dari keledai dan
berjalan beriringan. Ternyata omongan orang-orang tidak berhenti
sampai di situ. Beberapa orang yang melihat mereka berkata pula,
"Dasar bodoh, punya keledai kok tidak ditunggangi?"

Kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Apabila kita berusaha
menyenangkan semua orang, seperti bapak-anak dalam cerita di atas,
kita akan "capek" dan "bingung" sendiri. Panggilan kita hidup di
dunia ini bukanlah untuk menyenangkan hati manusia, tetapi
menyenangkan hati Tuhan. Karena itu, standar atau ukuran atas sikap
dan perilaku kita adalah Tuhan sendiri; apakah sikap dan tindakan
kita menyenangkan Tuhan.