Wednesday, February 18, 2009

My Lovely Mom...

Ibu saya telah menjanda selama 9 tahun. Beliau tidak mau tinggal bersama salah satu anaknya, beliau lebih senang tinggal di rumah sendiri ditemani oleh kedua orang cucunya. Belakangan ini saya jarang menemuinya karena kesibukan kerja dan bantu istri saya mengurus tiga anak kami.

Suatu malam, tiba-tiba saya pingin pergi berdua saja dengan Ibu dan ketika pikiran itu saya kemukakan ke istri saya, dan spontan dijawab..
"Kenapa tidak kamu lakukan hal itu sekarang, selagi Ibu masih sehat ?"
Saya segera melompat dari tempat duduk saya, angkat telpon.. dan langsung telepon ibu, mengajaknya makan malam dan nonton film. Berdua saja...

"Ada apa dengan istrimu?" kata ibu dari ujung telepon.
Ibu saya adalah tipe yang selalu curiga kalau menerima  undangan yang datangnya tiba-tiba. Bagi dia, itu pasti akan membawa berita buruk.
"Saya pikir, pasti akan menyenangkan kalau kita sekali-sekali ke luar berdua saja," jawab saya. "Istri saya baik-2 aja kok, tapi kali ini (besok) saya memang hanya pingin pergi berdua dengan Ibu, itupun kalau Ibu mau..."
"Ibu mau sekali,..." jawabnya setelah terdiam beberapa lama. Ah, ...sepertinya dia masih curiga.

Besok malamnya, sepulang kantor saya ke rumah ibu. Dari halaman sudah terlihat oleh saya dia agak gelisah, mungkin karena sudah tidak sabar menunggu, dan berdandan resmi sekali.
Ibu jelas telah menata rambutnya di salon, dan dia memakai gaunnya yang terbaik. Gaun yang dipakai pada pesta ulangtahun perkawinan yang terakhir ketika ayah masih hidup.

Ibu menyambut saya dengan senyum lebar, dengan sorot mata seolah tidak percaya akan diajak 'kencan' oleh anak laki-lakinya yang bontot.
"Ibu sempat cerita ke teman-teman tetangga tentang rencana kita ini. Mereka semua kaget dan merasa ikut senang seperti ibu sekarang," kata ibu seraya masuk mobil. "Mereka bilang besok pagi ingin tahu ceritanya."

Kami pergi ke restoran yang agak mahal. Suasana ruangan didalamnya terasa elegan & menyenangkan, dan sayup-sayup terdengar suara musik yang lembut. Ibu menggandeng lengan saya ketika memasuki ruangan,
jalannya anggun persis seperti First Lady.
Ketika itu saya sempat menyesali diri, kenapa tidak dari dulu sejak Ayah meninggal, saya hibur Ibu dengan cara seperti ini ..???

Giliran mau pesan makanan, saya harus membacakan daftar menu karena ibu tak bisa lagi membacanya walaupun sudah menggunakan kacamata.
Ketika sedang membaca daftar itu, saya berhenti sejenak menengok ke ibu. Dia sedang memandangi saya dengan senyum yang penuh kasih...
"Dulu, ibu yang membacakan kamu daftar menu ketika kamu masih kecil," katanya, dengan nada bangga...
"Sekarang ibu santai saja. Giliran saya yang melayani ibu," jawab saya, dengan tidak kalah bangganya...
Sambil makan, kami membincangkan banyak hal sehari-hari. Tidak ada topik yang istimewa tapi obrolan mengalir saja sampai-sampai akhirnya kami terlambat untuk menonton film.

Ketika saya mengantarnya pulang, di muka pintu ibu berkata, "Ibu mau pergi lagi dengan kamu, tapi lain kali ibu yang bayar, ok ?!" Saya setuju...

"Bagaimana 'kencan'mu dengan Ibu?" tanya istri saya sesampai di rumah.
"Sangat menyenangkan. Lebih dari yang saya duga. Tadinya tidak tahu mau ngomong apa. Tapi malah ceritanya kelewat asyik sampai nggak jadi nonton film.."
Istri saya ikut senang mendengar cerita tentang pengalaman saya dan Ibu di restoran itu.

Lalu .................................

Beberapa hari kemudian, ketika sedang di kantor saya dikagetkan oleh berita melalui telpon dari istri saya yang mengabarkan bahwa ibu telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa... terkena serangan jantung.
Begitu tiba-tiba kejadiannya.., saya merasa belum berbuat banyak untuk Ibu, masih terbayang dimata saya 'senyum & sorot mata' kebahagiaan yang terpancar diwajah Ibu ketika makan sambil ngobrol berdua dengan saya di restoran beberapa hari sebelumnya.

Selama seminggu kami tidur di rumah Ibu, disamping untuk benahin barang-barang Ibu yang perlu diberesin, juga menerima teman-teman arisan Ibu serta tetangga yang ingin bertamu untuk menyampaikan bela-sungkawa.
Sekembalinya kami di rumah, ada sepucuk 'surat' yang dikirim oleh restoran tempat saya dan ibu makan malam. Surat itu dilampiri copy 'tanda lunas'.. untuk menu makanan yang sama persis dengan makanan & minuman yang pernah kami pesan sebelumnya... (tertanggal 2 hari setelah kami berdua makan malam bersama), dan... ada selembar kertas dengan tulisan tangan (yang tidak asing bagi mata saya) yang diselipkan disitu, bertuliskan :

"Ibu sudah bayar makan malam kita (sesuai janji Ibu)  walaupun rasanya tak mungkin kita bisa makan bersama lagi. Namun begitu, ibu sudah bayarkan untuk dua orang, Ibu pingin bisa kamu gunakan untuk makan berdua istrimu...
Terimakasih anakku, besar sekali arti undanganmu malam itu, bagi Ibu...!"
 
Saat itu, saya tidak mampu lagi menahan air mata yang sejak di rumah Ibu masih dapat saya 'alih'kan ke hal lain..., kaki saya tiba-tiba terasa lemas, hingga saya terpaksa mencari tempat duduk di teras rumah saya untuk beberapa lama...

......................................

Ketika itulah saya baru memahami betapa pentingnya arti "kesempatan" ... yang bisa kita gunakan untuk mengatakan kepada orang-orang yang kita sayangi, mengenai perasaan kita terhadap mereka....!
Dari pengalaman itu, setiap ada 'kesempatan' berkomunikasi dengan orang-2 dekat saya, khususnya dengan 'orang-2 terkasih', selalu saya manfaatkan untuk menyisipkan pesan singkat... sekedar agar mereka tau bahwa saya sangat menyayangi mereka...!!
  
......................................

Temans, hidup ini kadang terasa sangat singkat... tidak ada hal yang lebih penting dalam hidup ini daripada "Keluarga / Orang-2 yang kita cintai...".
Sediakan waktu kita secara khusus untuk mereka, jangan sampai kita terlambat untuk mengatakan / menunjukkan kepada mereka bahwa kita amat sangat menyintainya...!!!.

........................................

 
Noted:
I miss U more than I ever missed..
I love U Mom...

Tuesday, February 17, 2009

usaha & doa

Dikisahkan, ada seorang pemuda sedang naik sepeda motor di jalan raya. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya seperti ditumpahkan dari langit. Dengan segera ditepikan sepeda motornya untuk berteduh di emper sebuah toko. Dia pun membuka helm yang dikenakan dan segera perhatiannya tercurah pada langit di atas yang berlapis awan kelabu.

Sambil menggigil kedinginan, bibirnya tampak berkomat-kamit melantunkan doa, "Tuhan, tolong hentikan hujan yang kau kirim ini. Engkau tahu, saya sedang didesak keadaan harus segera tiba di tempat tujuan. Please Tuhan....., please..... Tolong dengarkan doa hambamu ini". Dan tak lama kemudian tiba-tiba hujan berhenti dan segera si pemuda melanjutkan perjalanannya sambil mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang telah mendengar dan mengabulkan doanya.

Di waktu yang berbeda, di cuaca yang masih tidak menentu, lagi-lagi hujan turun cukup deras dan kembali si pemuda mengulang kegiatan yang sama seperti pengalamannya yang lalu, yakni berdoa memohon Tuhan menghentikan hujan, tetapi kali ini hujan tidak berhenti bahkan semakin deras mengguyur bumi. Di tengah menunggu berhentinya hujan, si pemuda sadar, dia harus berupaya menemukan dan membeli jas hujan untuk mengantisipasi saat berkendaraan di tengah hujan. Kali ini, walaupun terlambat, dia belajar sesuatu hal yakni ada saatnya mengucap doa tetapi juga harus disertai dengan usaha yaitu menyiapkan jas hujan.

Suatu hari, di waktu yang berbeda,si pemuda ke kantor tanpa sepeda motornya karena mogok akibat kebanjiran. Hujan yang kembali turun, tetapi jas hujan yang telah dibeli, saat dibutuhkan, tiba-tiba raib entah kemana. Dia pun mulai bertanya kesana kemari, barangkali ada yang bersedia meminjamkan payung atau apapun untuk melindunginya dari terpaan guyuran hujan. Kembali diulang doa yang sama, usaha yang sama, dan harapan yang sama pula. Eh,tiba-tiba seorang teman yang bersiap hendak meninggalkan tempat itu dengan berkendaraan mobil berkata, "Hai teman, kalau kita searah jalan. Ayo ikut aku sekalian. Aku antar sampai tempat tujuanmu dan dijamin tidak kehujanan, oke?". maka si pemuda itu pun mendapat tumpangan dan pulang ke rumah dengan selamat.

Peristiwa alam yang sama, yakni turunnya hujan, telah mengajarkan si pemuda bahwa selain doa, harus usaha dan akhirnya berserah. Karena jika kita mau membuka hati, ternyata Tuhan tidak pernah meninggalkan kita tetapi kitalah yang harus berupaya dengan segala cara dan pikiran yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita.

Pembaca yang budiman,

Hanya sekedar mengandalkan doa saja namun tanpa usaha dan kerja nyata tidak mungkin ada perkembangan, hasil akhirnyapun pasti nihil alias kosong, sedangkan sekedar kerja keras tanpa diiringi doa memungkinkan kita salah bertindak karena hanya memikirkan hasilnya. Dengan dilengkapi doa tentu usaha kita itu terarah di jalan yang benar, baik dan halal, maka yang paling ideal adalah usaha dan kerja keras kita yang diiringi dengan doa, niscaya segala usaha kita akan dikabulkan dan tentu hasil yang kita inginkan akan sukses dan memuaskan.

Wednesday, February 11, 2009

"If I Walk With Thee..."


Salam Kasih

Saya lagi belajar dan selalu belajar dan beriman kepada TUHAN agar saya
bersandar selalu kepadaNYA, semoga pengalaman ini yang saya dapat email dari
rekan saya bisa menambah semangat kita untuk selalu bergantung dan bersandar
kepada TUHAN

Kesaksian "If I Walk With Thee..."
dari Diana, Jakarta .

Sejak di PHK dari perusahaan asing tempat saya bekerja,saya mencari nafkah
dengan menjadi guru bhs Inggris di rumah.Murid saya dari bermacam-macam
latar belakang,
ada anak SMU, mahasiswa bahkan karyawan. Salah satu murid saya, namanya
Daniel.Dia termasuk anak yang tidak pandai.Nilainya selalu paling jelek.
Tetapi dia anak yang rajin, tidak pernah putus asa.Kehidupan rohaninya pun
cukup baik, dia rajin ke gereja dan rajin berdoa. Daniel belajar bhs Inggris
karena
dia ingin sekali bekerja di luar negeri.Walapun sebetulnya keluarganya sudah
menganggap dia gila, karena keluarganya tahu bahwa dia bukan seorang anak
yang pandai...

Dan untuk bekerja diluar negeri pada perusahaan yang akan dilamar oleh
Daniel, standar Bahasa Inggrisnya harus Excellent. Jadi keluarganya selalu
menyuruhnya untuk melupakan impiannya dan menyuruhnya bekerja di Indonesia
saja. Apalagi biaya yg harus dikeluarkan oleh keluarganya lumayan besar
untuk membiayai keberangkatannya.Tetapi Daniel tetap berusaha keras dengan
belajar dan
berdoa. Kalau pada anak normal 3-5 bulan saya mengajar sudah terlihat
kemajuannya, ibaratnya seekor burung, maka sudah bisa berkicau walaupun
belum sempurna.Tapi Daniel ini,
sudah 3-5 bulan kondisinya tetap saja "bisu,"tidak ada satu katapun
yang
bisa dia katakan, yang membuat saya sukacita.

Saya tetap dengan sabar mengajar dia, tapi sesudah 7 bulan tidak ada
kemajuan yang berarti saya akhirnya mulai putus asa. Saya mencoba berbicara
dengan dia dari hati ke
hati.Maksud saya supaya dia melupakan impiannya untuk bekerja di luar negeri
karena kemampuannya belajar bhs Inggris sangat kurang, dan saya juga akan
meminta dia
untuk berhenti les dari saya, karena saya sungguh2 sudah putus asa.Saya kan
juga tidak mau dibilang menerima uang les dengan cuma2 tanpa ada kemajuan
dari sang murid.
Setelah saya utarakan semua uneg2 saya, saya melihat raut muka Daniel yang
sedih, saya pun sedih... bagaimana tidak, 7 bulan sudah menjadi murid saya
dan saya minta dia
untuk berhenti belajar karena saya putus asa... Tetapi jawaban Daniel
sungguh "menampar" iman kepercayaan saya sebagai seorang Katolik yang

percaya dan bergantung
pada Yesus.Daniel berkata: "Ibu, kalau saya berjalan dengan Tuhan, saya
percaya saya akan mendapatkan pekerjaan ini". Saya sungguh malu, bagaimana

tidak... Daniel seorang
muda dan sudah mempunyai keyakinan iman yang menakjubkan.Saya berkata:
"OK,
you can join my class again if you can say that words once again in a good
English!"(baiklah,kamu boleh belajar lagi sama saya kalau kamu bisa
mengatakan sekali lagi perkataanmu tadi dalam Bahasa Inggris yang baik)
ini dengan maksud bahwa kalau dia tidak bisa mengatakan dengan baik, maka
saya mempunyai alasan untuk menyuruh
dia berhenti belajar (dasar saya sudah putus asa).Tapi tidak saya sangka
Daniel mengulangi perkataannya dengan bhs Inggris sempurna: "Mam, if I
walk
with Thee,I believe that I can get this job."

Rupanya perkataan ini selalu diulang2 Daniel untuk membangkitkan iman dia
pada saat dia sendiri putus asa...(makanya pada waktu saya minta dia
mengatakannya dlm Bahasa Inggris dengan lancar dia berkata... jadi bukan
karena dia pintar, tetapi karena dia sudah hafal...) Maka tidak ada alasan
bagi saya untuk tidak mengajarnya lagi, setelah belajar selama 12 bulan,
tibalah waktunya Daniel untuk
maju interview di perusahaan asing tempat dia melamar.Saya sebetulnya tahu
bahwa Bahasa Inggrisnya belum sempurna sekali dan masih dibawah standar yang
ditentukan oleh perusahaan, tapi kemauan dan iman dia bahwa dia akan
ditolong Tuhan membuat saya pun bisa melepas dia interview dengan hati
besar.

Pada hari dia interview saya berdoa terus, saya mohon kepada Tuhan agar
Tuhan tidak mengecewakan Daniel yang sungguh bergantung pada Tuhan.  Siang
jam 2, Daniel telfon saya dan mengatakan dia LULUS. Puji Tuhan!! Saya
menangis terharu, saya merasa pasti bahwa tangan Tuhan yang sudah menolong
Daniel, bukan karena saya guru yang hebat, atau bukan karena kemampuan
Daniel berbahasa Inggris. Tapi betul2 karena tangan Tuhan... Saya minta dia
datang ke saya dan menceritakan semuanya secara detail. Ternyata si
interviewer, yaitu orang asing yang seharusnya menginterview Daniel pada
hari itu tidak ada, karena harus pulang kampung ke London karena ibunya
meninggal, dan penggantinya adalah orang Indonesia yang nama keluarganya
atau marganya sama dengan Daniel... yaitu
"Sianturi." Jadilah interview itu bukan bhs Inggris full... tapi
seperti
ngobrol ngalor ngidul campur2 Bahasa Inggris dan Batak...

Saya PERCAYA bahwa ini bukan suatu KEBETULAN, yaitu KEBETULAN orang asingnya
harus pulang kampung; dan KEBETULAN penggantinya "saudara sekampung"
Daniel...TAPIINI SUNGGUH MUJIZAT TUHAN.... Akhirnya, tentu saja Daniel lulus
interview dan sekarang dia sudah bekerja di Miami . Setiap kali telepon
saya, Daniel selalu saya ingatkan bahwa dia mendapatkan
pekerjaan ini hanya karena kebaikan Tuhan.... bukan karena
kehebatan dia.... (karena dia memang bukan anak yang pandai) dan
juga bukan karena kebetulan. Daniel menyadari itu dan ia selalu berkata:
"Don' t worry Mam, I always walk with Thee..."

"Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan
bertindak." Mazmur 37:5

Semoga ini bisa menjadi berkat bagi kita semua


Guru Sozuaon
Seseorang yang terus belajar untuk bersandar kepada TUHAN

Kesaksian Yang sungguh Indah

Kesaksian

Malaikat Kecil Telah Menyelesaikan Tugasnya 

Kisah nyata tentang kehidupan gadis kecil yang bernama Olivia

________________________________________________________________________

Pengantar Redaksi: Dalam terbitan Warta RC minggu lalu dimuat suatu ucapan belasungkawa atas berpulangnya Olivia Laurencia, 10 tahun, keponakan dari Jelly Lim,  anggota Dewan Paroki Regina Caeli.. Banyak Warga RC yang menyempatkan diri melayat di rumah duka ikut menitikkan air mata tapi sekaligus diteguhkan iman mereka mendengar  kisah hidup Olivia  yang berjuang melawan penyakitnya sejak usia satu setengah tahun. Berikut adalah kesaksian yang ditulis oleh salah seorang kerabatnya.. Semoga kesaksian ini membawa kita pada permenungan yang mendalam tentang makna hidup kita masing-masing.

______________________________________________________________________________________

       Tiga Juli 1999, tangis bayi memecah kesunyian. Sang bayi mungil lahir ke dunia membawa kebahagiaan bagi pasangan Jimmy dan Aiwan. Kulit putih kemerah-merahan, mata yang sungguh indah, bahkan ia memiliki bobot tubuh yang cukup besar dibandingkan ukuran normal bayi yang baru lahir. Semua orang yang melihat memuji sang bayi cantik yang kemudian diberi nama Olivia Laurencia dengan nama kecil Ping Ping ini. Yah, ini adalah mahakarya yang sungguh indah dari Tuhan bagi keluarga muda itu.

       Sang bayi mungil tumbuh cepat dan makin cantik dari waktu ke waktu. Babak baru kehidupannya dimulai ketika umur satu setengah tahun. Saat anggota keluarga yang lain melihat adanya kelainan penglihatan pada Oliv kecil, segera mereka memeriksakannya ke dokter. Bagaikan disambar petir mereka harus menerima kenyataan bahwa Olivia divonis menderita kanker mata, atau istilah kedokterannya penyakit Retina Blastoma. "Biasanya untuk penyakit begini umurnya paling sekitar 2 tahun lagi," demikian kata sang dokter yang terus terngiang-ngiang di ingatan orangtuanya.

Bergelut dengan Pengobatan

      Berbagai pengobatan mulai dijalani, bahkan pengobatan sampai ke luar negeri. Dokter menyarankan agar bola mata kiri yang terkena kanker segera diangkat. Namun sang papa bersikeras untuk tidak mengambil jalan itu. "Dia seorang anak gadis, bagaimana dia menghadapi hidupnya kelak dengan mata palsunya. Jalan ini juga tidak bisa menjamin 100% sel kanker itu hilang begitu saja. Mata dia sungguh indah, semua orang juga mengakuinya," berontak sang papa. Akhirnya dipakailah cara kemotherapy untuk mematikan sel-sel kanker yang telah tumbuh itu. Saat sang putri kesayangan teriak menahan sakit yang dideritanya, sang papa tidak kuat menerima kenyataan itu bahkan ia membenturkan kepalanya sendiri ke dinding.

     

      Menurut pengakuannya meski sudah dibaptis dan menjadi pengikut Kristus, Jimmy dan Aiwan belum menjadi pengikut Kristus yang sesungguhnya. Untuk pergi ke gereja pun kadang masih agak ogah-ogahan. Tepatnya hanya menjadi umat yang biasa-biasa saja. Dalam mimpinya suatu malam Jimmy didatangi oleh malaikat yang membawa sebuah maklumat berisi hanya satu kata 'BAPTIS'. Setelah menceritakan kepada saudaranya, saudaranya itu memberikan masukan "baptis berarti kamu mesti bertobat!". Sambil tetap menjalani pengobatan, kondisi Olivia mengantar papa dan mamanya lebih rajin dalam berdoa dan mengikuti persekutuan. Mereka lebih berpasrah dan menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Bapa. Mereka bertumbuh dalam iman di tengah penyakit yang diderita Olivia.

      

      Di sela-sela kesibukan mengurusi pengobatan Olivia, Allah mendatangkan penghibur di keluarga ini. Seorang anak pemberian Tuhan hadir di tengah mereka. Sang adik kecil itu kemudian diberi nama Yohanes Natanael. Setidaknya ini adalah suatu penghiburan di tengah kesedihan mereka.         

    

     Olivia sempat menjalani dua kali kemotherapy yang membuat kondisi fisiknya drop. Saat ia drop dan trombosit dalam tubuhnya turun, sang papa dan pamannya dengan kondisi was-was musti siap mengantri sepanjang hari untuk mendapatkan bantuan darah di PMI. Demikian sepanjang hidupnya Olivia menjalani pengobatan. Biasanya setelah therapy ia mengalami kerontokan rambut hingga botak sama sekali. Dengan fisik yang demikian Olivia tidak pernah merasa rendah diri. Ia tetap menjadi anak yang periang. Bahkan di sekolah ia termasuk salah satu murid yang memiliki prestasi yang cemerlang. Seluruh keluarga besar sangat menyayangi dan memberi perhatian penuh kepadanya. Saat ilmu kedokteran sudah angkat tangan dan hanya memberikan harapan kosong atas kesembuhannya, seluruh keluarga tidak berputus asa. Berbagai pengobatan alternatif dijalani. Pantangan-pantangan makanan selalu dituruti oleh gadis kecil ini. Obat-obatan dari berbagai bentuk dan rasa yang sungguh merusak indra pengecapan juga dilahap dengan pasrah.

Membawa kepada Kristus

       Dalam kondisi demikian, Oliv kecil sungguh bergantung pada Tuhan Yesus. Setiap pagi saat jam dinding baru menunjukkan pukul 04.00, jam weker Olivia membangunkan orangtuanya untuk mengajak doa pagi. Ketika melihat papanya bersedih hati, Olivia selalu berujar "Smile". Dengan polosnya Olivia berujar dan mengajarkan papanya "Dalam masalah apa pun kita harus selalu smile." Imannya kepada Yesus itu membuat ia boleh dibilang tak pernah mengeluh soal penyakit yang dideritanya. Ia bahkan tak pernah menangis karena penyakit itu.

     

       Iman Olivia ini menghantarkan sang kakek, nenek, om, tante yang belum mengenal Kristus menjadi orang-orang percaya. Ketegaran Olivia membuat mereka semua merasakan bahwa Yesus sungguh ada bersama Olivia. Hal itu pula yang kemudian mendorong keluarga besarnya semakin berpasrah pada Yesus. Bahkan mereka kemudian terjun aktif dalam kegiatan rohani di lingkungannya. Sungguh inilah karya besar yang ditinggalkannya.

     

       Bulan-bulan terakhir menjelang ajalnya ia menunjukkan kasihnya yang luar biasa kepada keluarganya, terutama kepada adik kecilnya. Ia berujar kepada sang mama "Kan Oliv mau jadi peri yang baik hati". Natal dan malam Tahun Baru 31 Desember 2008, meskipun menahan sakit kepala yang belakangan selalu menyerangnya, ia berusaha tetap ceria. Saat acara tukar kado bersama jemaat Gereja, ia juga masih selalu bercanda dengan semua orang. Beberapa hari kemudian, 4 Januari 2009, saat sakit kepala yang semakin parah dan disertai dengan muntah-muntah, keluarga memutuskan untuk merawatnya di rumah sakit. Semakin lama kondisi fisiknya semakin parah. Tubuhnya bahkan sudah sulit untuk menerima asupan makanan. Hal yang ditakutkan pun terjadi. Hasil MRI menunjukkan sel kanker yang sudah membutakan mata kirinya telah menjalar sampai ke otak bahkan ke seluruh tubuhnya.

"Terimakasih Tuhan Yesus"

      

        Setiap hari ia hanya bisa terbaring lemas dan tertidur. Saat ia terbangun, kesakitan yang sungguh luar biasa dialaminya. Ia hanya bisa berteriak, "Aduh sakit, sakit sekali Tuhan…".  Sang mama yang tidak kuat melihat penderitaan putrinya mengatakan, "Kalau sakit sekali, menangis saja Oliv," tapi anak ini sungguh kuat. Dia tidak pernah mau menangisi kesakitannya. Orang tuanya kembali dikuatkan dan diajarkan untuk tetap tegar dalam segala masalah, walaupun itu tidak mengenakkan. Kesakitannya semakin memuncak, bahkan obat penahan sakit yang diberikan dokter sudah tidak bisa menghilangkan rasa sakit itu. Dua malam menjelang ajalnya, Oliv yang bulan Juli mendatang genap berumur 10 tahun berdoa penuh iman. "Terima kasih Tuhan atas kasih karuniaMu, Oliv percaya Oliv sudah sembuh, Oliv sudah dipulihkan. Tidak ada satu penyakit apa pun di badan Oliv, dari ujung rambut sampai ujung kaki Oliv, karena sudah Engkau tebus di kayu salib. Tuhan berkati Oliv, Tuhan ampuni semua dosa Oliv, terima kasih Tuhan, Haleluya, Amin..." Sebuah doa yang sungguh indah dan penuh makna. Doa seorang anak yang sungguh mencintai dan mengimani Yesus.

      

        Saat malam terakhir ia bahkan sempat meminta sang papa yang memang sangat dekat dengannya untuk memeluk, menurunkannya dari ranjang pasien dan memangkunya. Dia meminta kepada semua orang dan keluarga yang mengunjunginya untuk senantiasa  berdoa dan mendoakannya sepanjang malam itu. Detik-detik maut semakin mendekatinya. Dalam kesakitan yang sudah tidak tertahan, kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya "Sakit sekali ya Tuhan, Oliv sudah tidak tahan lagi…" kemudian kepalanya jatuh terkulai sambil berucap "Trima kasih Tuhan Yesus" . Kemudian ia sudah tidak sadarkan diri, tubuhnya mulai kejang-kejang. Saat sang papa membisikkan ke telinganya "Papa merelakan Oliv pergi, karena papa percaya di surga penuh damai sejahtera dari pada di dunia dengan menanggung penderitaan. Saat Oliv bertemu dengan Yesus dan Yesus ingin memegang tangan Oliv, segeralah sambut tangan-Nya. Selamat jalan Oliv kami semua merelakan Oliv..."  Dalam kondisi yang sudah 'koma' Olivia meneteskan airmata.

      

        Sesaat setelah itu, bergantian istri pendeta memegang tangan Oliv sambil membisikkan di telinganya, "Kalau Oliv sudah bertemu Tuhan Yesus, Oliv genggam kencang tangan tante yah.." Dalam keadaan 'koma' itu ia benar2 menggenggam tangan itu dan tak lama kemudian Oliv kecil pun pergi untuk selamanya dengan perlahan, tenang dan damai. Dua belas Januari 2009, pukul 15.45.

Tugasnya sudah selesai

       Kedua orang tuanya tentu sedih dengan kepergiannya. Tapi mereka mengimani bahwa Olivia sudah bahagia di surga selamanya. Mereka berusaha menahan tetesan airmata dan merelakan kepergiannya. Mereka berusaha meneladani apa yang selalu dikatakan Olivia selama hidupnya, bahwa "Segala sesuatu ada waktunya; selalu tersenyumlah dalam segala hal; tetap kuat dan tegar dalam pergumulan;  berserah dirilah kepada Tuhan Yesus, karena Dia akan memberikan jalan terbaik dan selalu mengasihi kita".

      

        Jasadnya sudah terbaring kaku, tapi ia terlihat seperti hanya tertidur. Semua pelayat yang melihat, memuji Olivia bagaikan peri kecil cantik yang tertidur pulas. Wajah dan kulitnya putih bersih. Bibir kecilnya menyunggingkan senyum kecil bahagia. Salah satu mata yang tadinya agak cekung karena sel kanker sudah menggerogoti dan membutakan mata kirinya bahkan terlihat normal kembali. Ia benar-benar seperti tertidur. Semua mengimani, saat ajal menjemputnya Tuhan terlebih dahulu memulihkan fisiknya. Keluarga besarnya juga mengimani bahwa Olivia adalah penolong yang diberikan Tuhan di tengah-tengah keluarga mereka. Melalui sakit yang dideritanya satu persatu anggota keluarga besarnya bertobat dan menerima Kristus. Tugas malaikat kecil ini sudah selesai, maka ia kembali dipanggil Bapa ke surga.

      

        Bahkan saat pemakamannya, di tengah-tengah cuaca yang sepanjang hari dipenuhi hujan deras, ketika kebaktian pamakaman dimulai, dan ketika sang pemimpin Ibadat menyerukan "Semoga prosesi pemakaman ini diliputi dengan cuaca cerah… Tuhan, walaupun kami tidak dapat melihat dengan mata kami tapi kami yakin Tuhan hadir di tempat ini," detik itu juga, gemuruh guntur berbunyi seakan langit menjawab. Dan hujan yang sepanjang hari menyelimuti bumi, seketika berhenti. Semua yang menghantar ke pemakaman ini dengan tertegun berujar dalam hati, "Sungguh ia benar-benar dikasihi Tuhan".

      

        Segalanya berjalan lancar, kepergian sang malaikat kecil bahkan didoakan dan dihantar oleh beratus-ratus pelayat.. Walaupun Olivia sudah tidak ada di dunia, tapi karyanya dalam dunia sungguh selalu akan dikenang. Karena bukan diukur dari berapa lama kita tinggal di dunia, tetapi seberapa berartinya hidup yang kita jalani.

      

        Selamat jalan Olivia, doa kami menyertaimu selalu. Dan kami percaya, engkau juga senantiasa mendoakan kami dari sana. (sanz)

       

 

 

 



HANYA SEBUAH BELOKAN

Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan
Allah dari awal sampai akhir. (Pengkhotbah 3:11)

Seorang petani mempunyai seekor kuda jantan yang sangat disayanginya.
Setiap hari, dengan telaten ia merawat kuda itu. Suatu kali kuda itu
kabur. Para tetangga datang menyampaikan rasa simpati atas kehilangan
yang dialami si petani. Sebulan kemudian kuda itu balik lagi disertai
serombongan kuda liar dari gunung. Rupanya kuda itu lari ke hutan.
Dan, ketika kembali ia diikuti oleh teman-temannya. Para tetangga
datang memberi ucapan selamat karena kini ia memiliki banyak kuda.

Suatu hari anak laki-laki si petani berusaha mengendarai salah seekor
kuda liar itu. Entah bagaimana ia terjatuh. Kakinya terinjak oleh si
kuda liar hingga patah. Akibatnya ia menjadi lumpuh. Para tetangga
datang lagi menyatakan rasa simpati. Satu tahun berselang terjadilah
perang. Semua pemuda harus berangkat ke medan perang. Hanya anak
laki-laki si petani yang dibebaskan untuk tidak ikut berperang karena
ia lumpuh. Dan ia satu-satunya pemuda yang selamat dari desa itu.

Di balik musibah kerap tersimpan berkat. Sebaliknya, di balik berkat
tidak jarang tersembunyi kesusahan. Maka penting sekali untuk kita
selalu mawas diri. Jangan kecil hati ketika tertimpa musibah, sebab
dari situ bisa saja kita menuai kebahagiaan. Tetapi juga tidak lupa
diri saat bergelimang berkat, sebab bisa saja kemudian kita mengalami
kesusahan. Apa yang tampaknya seperti "ujung jalan" kerap hanya
sebuah "belokan", masih ada kelanjutannya. Seperti kata Pengkhotbah,
untuk segala sesuatu di dunia ini ada waktunya; waktu suka waktu
duka, waktu manis waktu pahit. Kita tidak bisa menyelami sepenuhnya
pekerjaan Tuhan -AYA

APABILA DUKA MENIMPA INGAT SAAT SUKA
SUPAYA TIDAK KECIL HATI.
APAILA SUKA MENGHAMPIRI INGAT SAAT DUKA
SUPAYA TIDAK LUPA DIRI

Tuesday, February 10, 2009

Tanda Tanda Luka

Beberapa tahun yang lalu di sebuah musim panas di Florida bagian
selatan, seorang anak kecil memutuskan untuk pergi berenang di sebuah
danau di belakang rumahnya. Dengan tergesa-gesa dia berlari keluar dan
kaosnya, terjun ke air yang dingin. Dia berenang dan berenang terus
tanpa disadarinya bahwa dia sudah berada di tengah-tengah danau.
Bersamaan dengan itu, seekor buaya besar juga sedang berenang ke arah
yang sama. Ibunya dari dalam rumah memandang ke arah jendela dan
melihat anaknya dan buaya tersebut semakin lama semakin mendekat satu
dengan yang lain. Dengan ketakutan yang luar biasa, dia berlari ke
dekat pinggir danau tersebut sambil berteriak kepada anaknya dengan
sekuat tenaga. Ketika mendengar teriakan ibunya, anaknya sadar dan
berbalik berenang ke arah ibunya. Namun terlambat sudah.

Buaya besar tersebut juga sudah berhasil menjangkau dia. Dari dermaga,
ibu itu menggapai lengan anak lakinya bersamaan dengan buaya besar
tersebut menyambar paha dari anaknya.Terjadilah tarik- menarik yang
sangat mengerikan antara keduanya. Buaya besar tersebut jauh lebih
kuat dari ibunya, namun demikian ibunya bertahan mati-matian untuk
tidak menyerah dan membiarkan anaknya terlepas. Seorang petani yang
kebetulan lewat di sekitar lokasi mendengar teriakan ibu tersebut,
bergegas turun dari mobilnya dan menembak buaya besar itu.

Secara luar biasa setelah berminggu-minggu di rumah sakit, anak
laki-laki tersebut berhasil diselamatkan dan disembuhkan. Pahanya
penuh dengan bekas luka dari serangan buaya yang sangat ganas itu dan
di bagian lengannya juga terdapat bekas luka cakaran dari kuku-kuku
ibunya yang menancap pada daging lengannya sebagai usaha
mempertahankan nyawa anaknya yang dikasihinya.

Setelah lewat masa-masa traumanya, seorang wartawan surat kabar yang
mewawancarai anak laki- laki tersebut meminta dia untuk menunjukkan
bekas luka-luka di pahanya. Anak tersebut kemudian mengangkat
celananya, namun dia secara bangga juga berkata kepada si wartawan.
"Lihat bekas luka- luka di tanganku yang diakibatkan oleh peristiwa
tersebut" Ini terjadi karena ibu saya tidak pernah menyerah dan tidak
mau melepaskan aku."

Saudara dan saya dengan mudah dapat mengenali anak laki-laki tersebut.
Kita semua punya bekas luka- luka, bukan dari gigitan buaya atau dari
satu peristiwa yang sangat dramatis. Tetapi bekas luka- luka dari masa
lalu yang sangat menyakitkan. Beberapa dari bekas luka-luka tersebut
tidak dapat dikenali dari luar tapi menggoreskan penyesalan yang
sangat dalam bagi kita. Namun, beberapa luka, saudaraku, adalah
bekas-bekas luka karena Tuhan tidak mau menyerah atas kita. Di
tengah-tengah pergumulan Anda, Dia terus bertahan untuk terus memegang
Anda.

Firman Tuhan berkata bahwa Allah mengasihi Anda. Bilamana Yesus
Kristus ada di dalam kehidupan Anda, Anda menjadi anakNYA. Dia sangat
rindu untuk memproteksi dan menyediakan kebutuhanmu dengan cara apapun
juga. Tetapi seringkali kita secara bodoh melakukan perkara-perkara
yang membahayakan diri kita sendiri. kehidupan selayaknya sebuah danau
tempat kita berenang, danau yang dipenuhi berbagai bahaya dan kadang
kala kita lupa bahwa musuh kita sedang menunggu untuk menyerang.

Ketika peristiwa tarik-menarik terjadi, berbahagialah bilamana Anda
memiliki bekas luka di lengan Anda sebagai tanda kasihNya pada Anda.
Dia tidak pernah dan tidak akan sekali-kali menyerah dan membiarkan
serta melepaskan anda pergi.

Wednesday, February 04, 2009

50 tahun salah paham


50 tahun salah paham
 
Dikisahkan, disebuh gedung pertemuan yang amat megah, seorang pejabat senior istana sedang menyelenggarakan pesta ulang tahun perkawinannya yang ke-50. Peringatan kawin emas itu ramai didatangi oleh tamu-tamu penting seperti para bangsawan, pejabat istana, pedagang besar serta seniman-seniman terpandang dari seluruh pelosok negeri. Bahkan kerabat serta kolega dari kerajaan-kerajaan tetangga juga hadir. Pesta ulang tahun perkawinan pun berlangsung dengan megah dan sangat meriah.
 
Setelah berbagai macam hiburan ditampilkan, sampailah pada puncak acara, yaitu jamuan makan malam yang sangat mewah. Sebelum menikmati kamuan tersebut, seluruh hadirin mengikuti prosesi penyerahan hidangan istimewa dari sang pejabat istana kepada istri tercinta. Hidangan itu tak lain adalah sepotong ikan emas yang diletakkan di sebuah piring besar yang mahal. Ikan emas itu dimasak langsung oleh koki kerajaan yang sangat terkenal.
 
"Hadirin sekalian, ikan emas ini bukanlah ikan yang mahal. Tetapi, inilah ikan kegemaran kami berdua, sejak kami menikah dan masih belum punya apa-apa, sampai kemudian di usia perkawinan kami yang ke-50 serta dengan segala keberhasilan ini. Ikan emas ini tetap menjadi simbol kedekatan, kemesraan, kehangatan, dan cinta kasih kami yang abadi," kata sang pejabat senior dalam pidato singkatnya.
 
Lalu, tibalah detik-detik yang istimewa yang mana seluruh hadirin tampak khidmat menyimak prosesi tersebut. Pejabat senior istana mengambil piring, lalu memotong bagian kepala dan ekor ikan emas.
 
Dengan senyum mesra dan penuh kelembutan, ia berikan piring berisikan potongan kepala dan ekor ikan emas tadi kepada isterinya.
 
Ketika tangan sang isteri menerima piring itu, serentak hadirin bertepuk tangan dengan meriah sekali. Untuk beberapa saat, mereka tampak ikut terbawa oleh suasana romantis, penuh kebahagiaan, dan mengharukan tersebut.
 
Namun suasana tiba-tiba jadi hening dan senyap. Samar-samar terdengar isak tangis si isteri pejabat senior. Sesaat kemudian, isak tangis itu meledak dan memecah kesunyian gedung pesta. Para tamu yang ikut tertawa bahagia mendadak jadi diam menunggu apa gerangan yang bakal terjadi. Sang pejabat tampak kikuk dan kebingungan. Lalu ia mendekati isterinya dan bertanya "Mengapa engkau menangis, isteriku?"
 
Setelah tangisan reda, sang isteri menjelaskan "Suamiku…sudah 50 tahun usia pernikahan kita. Selama itu, aku telah dengan melayani dalam duka dan suka tanpa pernah mengeluh. Demi kasihku kepadamu, aku telah rela selalu makan kepala dan ekor ikan emas selama 50 tahun ini. Tapi sungguh tak kusangka, di hari istimewa ini engkau masih saja memberiku bagian yang sama. Ketahuilah suamiku, itulah bagian yang paling tidak aku sukai." tutur sang isteri.
 
Pejabat senior terdiam dan terpana sesaat. Lalu dengan mata berkaca-kaca pula, ia berkata kepada isterinya," Isteriku yang tercinta…50 tahun yang lalu saat aku masih miskin, kau bersedia menjadi isteriku. Aku sungguh-sungguh bahagia dan sangat mencintaimu. Sejak itu aku bersumpah pada diriku sendiri, bahwa seumur hidup aku akan bekerja keras, membahagiakanmu, membalas cinta kasih dan pengorbananmu. "
 
Sambil mengusap air matanya, pejabat senior itu melanjutkan, "Demi Tuhan, setiap makan ikan emas, bagian yang paling aku sukai adalah kepala dan ekornya. Tapi sejak kita menikah, aku rela menyantap bagian tubuh ikan emas itu. Semua kulakukan demi sumpahku untuk memberikan yang paling berharga buatmu."
 
Sang pejabat terdiam sejenak, lalu ia melanjutkan lagi "Walaupun telah hidup bersama selama 50 tahun dan selalu saling mencintai, ternyata kita tidak cukup saling memahami. Maafkan saya, hingga detik ini belum tahu bagaimana cara membuatmu bahagia." Akhirnya, sang pejabat memeluk isterinya dengan erat. Tamu-tamu terhormat pun tersentuh hatinya melihat keharuan tadi dan mereka kemudian bersulang untuk menghormati kedua pasangan tersebut.
 
Moral cerita diatas:
 
Bisa saja, sepasang suami - isteri saling mencintai dan hidup serumah selama bertahun-tahun lamanya. Tetapi jika di antaranya tidak ada saling keterbukaan dalam komunikasi, maka kemesraan mereka sesungguhnya rawan dengan konflik. Kebiasaan memendam masalah itu cukup riskan karena seperti menyimpan bom waktu dalam keluarga. Kalau perbedaan tetap disimpan sebagai ganjalan dihati, tidak pernah dibiacarakan secara tulus dan terbuka, dan ketidakpuasan terus bermunculan, maka konflik akan semakin tak tertahankan dan akhirnya bisa meledak. Jika keadaan sudah seperti ini, tentulah luka yang ditimbulkan akan semakin dalam dan terasa lebih menyakitkan.
 
Kita haruslah selalu membangun pola komunikasi yang terbuka dengan dilandasi kasih, kejujuran, kesetiaan, kepercayaan, pengertian dan kebiasaan berpikir positif.
 
Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya. Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan.
 
Oleh: Tidak Diketahui
Sumber : heartnsouls. com

olimpiade yg istimewa


Beberapa tahun yang lalu, diadakan olimpiade khusus orang-orang yang cacat di seatlle. Saat itu diadakan pertandingan lari jarak 100 meter. Sembilan pelari telah bersiap - siap di tempat start masing-masing

ketika pistol tanda pertandingan dinyalakan mereka semua berlari, meski tidak tepat berada di garis lintasannya, namun semua berlari dengan wajah gembira menuju garis finish dan berusaha untuk memenangkan pertandingan. kecuali, seorang pelari, anak laki-laki, tiba-tiba tersandung dan terjatuh berguling beberapa kali. Ia lalu menangis.

Delapan pelari mendengar tangisan anak yang terjatuh itu. Mereka lalu memperlambat lari dan menoleh kebelakang. Mereka semua berbalik dan berlarian menuju anak lelaki yang terjatuh itu.
Semuanya... tanpa terkecuali.

Seorang gadis yang menyandang keterbelakangan mental menunduk, memberikan sebuah ciuman padanya dan berkata "Semoga ini membuatmu merasa lebih baik" kemudian sembilan pelari itu berjalan sambil bergandengan tangan, berjalan bersama menyelesaikan pertandingan menuju garis finish.

seluruh penonton yang berada di stadion tersebut berdiri, memberikan salut selama beberapa lama. mereka yang berada di sanasaat itu masih saja tak bosan-bosannya meneruskan kejadian tersebut.

Dalam hidup ini tak ada yang jauh lebih penting daripada kemenangan kita semua. yang paling penting dalam kehidupan ini adalah bagaimana saling tolong-menolong meraih kemengangan, bersinergi mengumpulkan segenap potensi untuk mewujudkan cita-cita bersama.

Sunday, February 01, 2009

cinta yang sesungguhnya


John dan Jessica telah berumah tangga selama 7 tahun..Mereka saling mencintai, namun Jessica sejak awal menutupi semua perasaan cintanya terhadap John..Ia begitu takut apabila John mengetahui betapa ia mencintai pria itu, John lantas meninggalkannya sebagaimana kekasih-kekasihnya selama ini..Tapi tidak bagi John..Ia selalu menyatakan perasaan cintanya kepada Jessica dengan tulus dan begitu terbuka..Setiap saat ketika bersama Jessiaca, John selalu menunjukkan cintanya yang besar, seolah-olah itulah saat akhir John bersama Jessica..

Jessica selalu bersikap tidak menyenangkan terhadap John..Setiap saat dia selalu mencoba menguji seberapa besar cinta John terhadapnya. .Jessica selalu mencoba melakukan hal-hal yang keterlaluan dan diluar batas kepada John..Meski Jessica tahu betapa hal itu sungguh salah, namun melihat sikap John yang tetap berlaku baik padanya, membuat Jessica tetap bertahan untuk melihat seberapa besar kesungguhan cinta pria yg dinikahinya itu..



Tahun pertama pernikahan mereka….

Jessica bangun siang..Dia tidak sempat menyiapkan sarapan untuk John ketika John hendak berangkat kerja..Namun John tetap tersenyum dan mengatakan, "Tidak apa-apa..Nanti aku bisa sarapan di kantor.."

Saat John pulang dari kantor, Jessica tidak sengaja memasak makanan yang tidak disukai John..Meski menyadari hal itu, Jessica tetap memaksakan agar suaminya mau makan makanan itu..John tetap tersenyum dan berkata, " Wah..sepertinya sudah saatnya aku belajar menghadapi tantangan..Masakanm u sepertinya tantangan yang hebat, sayang..Aku sudah tidak sabar untuk menyantapnya. ."..Jessica terkejut, tapi tidak mengatakan apa-apa..


Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam saat Jessica terlelap John memanjatkan doa,

" Tuhan..Di pagi pertama pernikahan kami Jessica tidak membuatkanku sarapan..Padahal aku begitu ingin bercakap-cakap di meja makan bersamanya sambil membicarakan betapa indah hari ini, di hari pertama kami menjalani kehidupan baru sebagai suami istri..Tapi tidak apa-apa, Tuhan..Karena sepertinya Jessica kelelahan setelah resepsi pernikahan kami tadi malam..Bantulah kekasih hatiku ini, Tuhan agar dia boleh punya tenaga yang cukup untuk menghadapi hari baru bersamaku besok..Tuhan, Engkau tau betapa aku tidak bisa makan spaghetti karena pencernaanku yang tidak begitu baik..Tapi sepertinya Jessica sudah bekerja keras untuk masak makanan itu..Mampukan aku untuk menghargai setiap apa yang dilakukan istriku kepadaku, Tuhan..Jangan biarkan aku menyakiti perasaannya meski itu tidak mengenakkan bagiku…."


Tahun kedua pernikahan mereka….

John membangunkan Jessica pagi-pagi untuk berdoa bersama..Namun Jessica menolak dan lebih memilih melanjutkan tidurnya..John tersenyum dan akhirnya berdoa seorang diri..

Sore hari sepulang kantor, John mengajak Jessica berjalan-jalan ke taman..Meski terpaksa, Jessica akhirnya mau juga ke tempat dimana dulu perasaannya begitu berbunga-bunga saat bersama John..Tetapi Jessica menolak rangkulan John, dan berkata, "Jangan, John..Aku malu.."..John tersenyum dan berkata, "Ya, aku mengerti.." Jessica melihat kekecewaan dimata John, namun tidak melakukan apapun untuk menghilangkan kekecewaan itu..


Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya.." Tuhan..Ampuni aku yang tidak bisa membawa istriku untuk lebih dekat padaMU pagi hari ini..Mungkin tidurnya kurang karena pikirannya yang sedang berat..Tapi aku yakin, Tuhan besok Jessica mau bersama-sama denganku bercakap-cakap kepadaMu..Tuhan, Engkau juga tahu kesedihanku saat Jessica meolak kurangkul ketika ke taman hari ini..Tapi tidak apa-apa..Dia sedang datang bulan, mungkin karena itu perasaannya juga jadi lebih sensitive..Mampukan aku untuk melihat suasana hati istriku, Tuhan…"


Tahun ketiga pernikahan mereka….

Mereka kini mempunyai seorang putera bernama Mark..Jessica menjadi tidak pernah lagi meneruskan kebiasaannya membaca bersama John sebelum tidur..Jessica semakin sering menolak ciuman John..

Jessica memarahi John habis-habisan sore itu ketika John lupa mencuci tangan saat akan menggendong Mark ketika John pulang kerja..Jessica tahu betapa hal itu membuat John terpukul..Namun idealismenya terhadap mendidik Mark membuat Jessica mengabaikan perasaan John..Dan John tetap tersenyum..


Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya.."Tuhan, Engkau tahu betapa sedih hatiku saat ini..Semenjak kelahiran Mark, aku kehilangan begitu banyak waktu bersama Jessica..Aku merindukan saat-saat kami membaca bersama sebelum tidur dan menciuminya sebelum ia tertidur..Tapi tidak apa-apa..Dia begitu capek mengurusi Mark seharian saat aku bekerja di kantor..Hanya saja, biarkanlah dia tetap terus tertidur dalam pelukankua, Tuhan..Karena aku begitu mencintainya. .Sore tadi Jessica memarahiku karena aku lupa mencuci tangan saat menggendong Mark, Tuhan..Aku begitu kangen pada anakku sehingga teledor melakukan sebagaimana yg diminta istriku..Engkau tahu betapa aku terluka akan kata-kata Jessica, Tuhan..Tapi tidak apa-apa..Jessica mungkin hanya kuatir terhadap kesehatan anak kami Mark apabila aku langsung menggendongnya. .Kesehatan Mark lebih penting daripada harga diriku…."


Tahun keempat pernikahan mereka….

Jessica tidak ingat memasak makanan kesukaan John di hari ulang tahunnya..Jessica terlalu sibuk belanja sehingga lupa bahwa John selalu minta dibuatkan Blackforest dengan taburan coklat dan ceri diatasnya setiap ulang tahunnya tiba..

Jessica juga lupa menyetrika kemeja John yang menyebabkan John terlambat ke kantor pagi itu karena John terpaksa menyetrika sendiri kemejanya..Jessica tau kesalahannya, namun tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu hal yang penting..


Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya.."Tuhan, Untuk kali pertama Jessica lupa membuatkan Blackforest kesukaanku di hari ulang tahunku ini..Padahal aku sangat menyukai kue buatannya itu…Menikmati kue Blackforest buatannya membuatku bersykur mempunyai istri yang pandai memasak sepertinya, dan merasakan cintanya padaku..Namun tahun ini aku tidak mendapatinya. .Tapi tidak apa-apa..mungkin lebih banyak hal-hal lain yang jauh lebih penting daripada sekedar Blackforest itu..Paling tidak, aku masih mendapatkan senyuman dan ciuman darinya hari ini..Ampuni aku, Tuhan apabila tadi pagi aku lupa tersenyum kepada Jessica..Aku terlalu sibuk menyetrika bajuku dan memikirkan pekerjaanku di kantor..Jessica sepertinya lupa untuk melakukan hal itu, meski aku sudah meminta tolong padanya tadi malam..Jangan biarkan aku melampiaskan emosiku karena dampratan atasanku akibat keterlambatanku hari ini kepada Jessica, Tuhan..Jessica mungkin keliru menyetrika kemeja mana yang seharusnya kupakai hari ini..Lagipula, sepatuku begitu mengkilap..Aku yakin Jessica sudah berusaha keras agar aku kelihatan menarik saat presentasiku tadi..Terima kasih untuk kebaikan istriku, Tuhan…"


Tahun kelima pernikahan mereka…

Jessica menampar dan menyalahkan John karena Mark sakit sepulang mereka berenang..John terlalu asyik bermain-main dengan Mark sehingga tidak menyadari betapa Mark sangat sensitive terhadap dinginnya air kolam renang, yang mengakibatkan Mark terpaksa dirawat dirumah sakit....

Jessica mengancam akan meninggalkan John apabila terjadi apa-apa dengan Mark..Jessica melihat genangan air mata di mata John, namun kekerasan hatinya lebih menguasainya ketimbang perasaan John…


Tetapi Malaikat tahu betapa saat itu John lantas menuju ke Kapel rumah sakit dan memanjatkan doanya sambil menangis.." Tuhan..Tadi Jessica menamparku karena kelalaianku menjaga Mark sehingga dia sakit..Belum pernah Jessica bersikap dan berkata sekasar itu padaku, Tuhan..Tapi tidak apa-apa..Jessica benar-benar kuatir terhadap anak kami sehingga ia bersikap demikian..Tapi Tuhan, aku begitu terluka saat ia mengatakan akan meninggalkanku. .Engkau tahu betapa ia adalah belahan jiwaku..Jangan biarkan hal itu terjadi, Tuhan..Mungkin dia begitu dikuasai kekuatiran sehingga melampiaskannya padaku..Tidak apa-apa, Tuhan..Tidak apa-apa..Asal dia mendapat ketenangan, aku akan merasa bersyukur sekali..Dan sembuhkanlah putera kami, Mark agar dia boleh kembali dapat ceria dan bermain-main bersama kami lagi, Tuhan.."

Tahun keenam pernikahan mereka….

Jessica semakin menjaga jarak dengan John setelah kehadiran Rebecca, puteri mereka..Jessica tidak pernah lagi menemani John makan malam karena menjaga puteri mereka yang baru berusia 5 bulan..

Jessica juga menjual kalung berlian pemberian John dan menggantinya dengan perhiasan lain yang lebih baru..Ketika John mengetahui hal itu, Jessica tau John menahan amarahnya, namun Jessica berdalih, "John, itu hanya kalung berlian biasa..Lagipula, aku bukan menjualnya, melainkan menukarnya denga perhiasan yang lebih baru.."

Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya.."Tuhan, Aku begitu kesepian melewatkan makan malam sendirian tanpa Jessica bersamaku..Aku begitu ingin terus bercerita dan tertawa bersamanya di meja makan..Engkau tau, itulah penghiburanku untuk melepas kepenatanku setelah seharian bekerja di kantor..Tapi tidak apa-apa..Rebecca lebih membutuhkan perhatiannya daripadaku.. Lagipula, Mark kadang-kadang mau menemaniku.. Hanya saja, jangan biarkan aku memendam sakit hati kepada Jessica karena menjual kalung pemberianku. .Engkau tau begitu lama aku menabung dan bekerja ekstra demi menghadiahinya kalung itu, hanya untuk membuktikan terima kasihku padanya atas kesetiaan dan pengabdiannya sebagai istriku dan ibu dari anak-anakku. .Ampuni aku apabila tadi aku sempat berpikir untuk marah padanya.."

Tahun ketujuh pernikahan mereka….

Jessica sama sekali tidak mengindahkan kebiasaannya membelai kepala John dan mencium kening suaminya sebelum John berangkat kantor..Padahal Jessica tau, selama ini apabila dia lupa melakukannya, John selalu kembali kerumah siang hari demi mendapatkan belaian dan ciuman Jessica untuknya..Karena John tidak akan pernah tenang bekerja apabila hal itu belum dilakukan Jessica padanya..Jessica tidak mengucapkan I LOVE YOU untuk kali pertama dalam 7 tahun pernikahan mereka..

Dan di tahun ketujuh itu pula, John mengalami kecelakaan saat akan berangkat ke kantor..Ia mengalami pendarahan yang hebat, yang membuatnya terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit..

Jessica begitu terguncang dan terpukul..Ia begitu takut kehilangan John, suami yang dicintainya. .Yang selalu ada kapan saja dia butuhkan..Yang selalu dengan tersenyum menampung semua emosi dan kemarahannya. .Yang tek pernah berhenti mengatakan betapa John mencintainya. .Tak sedikitpun Jessica beranjak dari sisi tempat tidur John..Tangannya menggenggam erat jemari suaminya yang terbaring lemah tak sadarkan diri..Bibirnya terus mengucapkan I LOVE YOU, karena ia ingat kalau ia belum mengatakan kalimat itu hari ini..

Karena begitu sedih dan lelah menunggui John, Jessica tertidur..Dalam tidurnya, malaikat yang selama ini mendengar doa-doa John pada Tuhan membawa Jessica melihat setiap malam yg John lewatkan untuk mendoakan Jessica..Ia menangis sedih melihat ketulusan dan rasa cinta yg besar dari John padanya..Tak sedikitpun John menyalahkannya atas semua sikapnya yang tidak mempedulikan perasaan dan harga diri John selama ini..Alih-alih demikian, John malahan menyalahkan dirinya sendiri..Jessica menangis menahan perasaannya. .Dan untuk kali pertama dalam hidupnya, Jessica berdoa,

"Tuhan, ampuni aku yang selama ini menyia-nyiakan rasa cinta suamiku terhadapku.. Ampuni aku yang tidak memahami perasaan dan harga dirinya selama ini..Beri aku kesempatan untuk menunjukkan cintaku pada suamiku, Tuhan..Beri aku kesempatan untuk meminta maaf dan melayaninya sebagai suami yang kucintai.."

Dan ketika Jessica terbangun, Ia melihat pancaran kasih suaminya menatapnya.." Kamu keliatan begitu lelah, sayang..Maafkan aku yang tidak berhati-hati menyetir sehingga keadaannya mesti jadi begini dan membuatmu kuatir..Aku tidak konsentrasi saat menyetir karena memikirkan bahwa kau lupa mengatakan I LOVE YOU padaku.."..Belum selesai John berbicara, Jessica lantas menangis keras dan menghambur ke pelukan suaminya..

"Maafkan aku, John..Maafkan aku..I LOVE YOU..I really Love you..Kaulah matahariku, John..Aku tidak bisa bertahan tanpamu..Aku berjanji tidak akan pernah lupa lagi mengatakan betapa aku mencintaimu. .Aku berjanji tidak akan pernah mengabaikan perasaan dan harga dirimu lagi..I LOVE YOU, John..I LOVE YOU…"



Berapa banyak diantara kita yg menjadi seperti Jessica? Yang mengabaikan perasaan kekasih hati kita demi kepentingan diri kita sendiri?Jangan sampe terjadi sesuatu yang berat untuk kita lalui demi menyadari betapa berharganya orang-orang yang mengasihi kita..

Lebih dari itu, cinta yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa seperti John, yang mengabaikan kepentingan dirinya dan perasaannya demi menjaga dan menunjukkan cintanya kepada pasangannya. .Yang menjadikan pasangan hidup kita sebagai subjek untuk dikasihi dan dilayani, bukan sebaliknya..

Tetaplah Selalu Berdoa


Tetaplah Selalu Berdoa


Ada suatu cerita
Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya.
 
Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik.
 
Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.
 
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa.
 
Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!" Dor!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil tu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.
 
"Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha... sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan...
Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap,
dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."
Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya.

"Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang,
bukan?"
Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan," kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah."
 
Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya.
 
Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata.
 
Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah.
Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu ujian tersebut.