Tulus hati merupakan nilai batin yang penting, tetapi sulit dijumpai. Masalahnya, kita biasa memiliki harapan di balik segala pemberian dan tindakan baik. Ketika kita melakukan kebaikan, kita diam-diam bermaksud membuat orang lain yang kita tolong merasa berutang pada kita. Hal ini tak ubahnya seperti memancing-ada sesuatu yang kita harapkan sebagai imbalan dari orang yang kita tolong; bahkan dari Tuhan. Namun, ini tentu saja tidak benar. Meski begitu, orang kristiani kerap punya motif tersembunyi. Kita menjadi orang yang penuh perhitungan dengan perbuatan baik kita. Semua ada hitungan bisnisnya. Lebih lagi firman Tuhan mengatakan: "Orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak juga". Benarkah pemahaman kita ini? Memberi adalah tindakan kasih yang semestinya muncul dengan segenap ketulusan, tanpa embel- embel apa pun. "Hendaklah masing- masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita ... Allah sanggup melimpahkan segala anugerah kepada kamu ..." Bagi orang yang menjaga hatinya tulus dalam memberi, Allah melimpahkan berkat, yakni: "berkecukupan dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di berbagai perbuatan baik" (ayat 8). Mari memeriksa rekam jejak (track record) kita sendiri. Sudahkah hati kita jauh dari pamrih ketika kita mengasihi dan memberi? Periksalah diri Anda dengan jujur dan berani --DKL SEMAKIN DALAM SESEORANG MENGENAL KASIH TUHAN IA AKAN SEMAKIN MERASA BERUTANG KASIH KEPADA TUHAN |
Sunday, August 22, 2010
MEMBERI ATAU MEMANCING?
Subscribe to:
Posts (Atom)