Sunday, August 22, 2010

MEMBERI ATAU MEMANCING?

  Tulus hati merupakan nilai batin yang penting, tetapi sulit dijumpai.
  Masalahnya, kita biasa memiliki harapan di balik segala pemberian dan
  tindakan baik. Ketika kita melakukan kebaikan, kita diam-diam
  bermaksud membuat orang lain yang kita tolong merasa berutang pada
  kita. Hal ini tak ubahnya seperti memancing-ada sesuatu yang kita
  harapkan sebagai imbalan dari orang yang kita tolong; bahkan dari
  Tuhan. Namun, ini tentu saja tidak benar. Meski begitu, orang
  kristiani kerap punya motif tersembunyi. Kita menjadi orang yang penuh
  perhitungan dengan perbuatan baik kita. Semua ada hitungan bisnisnya.
  Lebih lagi firman Tuhan mengatakan: "Orang yang menabur sedikit  akan
  menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak
  juga". Benarkah pemahaman kita ini? Memberi adalah tindakan
  kasih yang semestinya muncul dengan segenap ketulusan, tanpa embel-
  embel apa pun.  "Hendaklah masing-
  masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau
  karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan
  sukacita ... Allah sanggup melimpahkan segala anugerah kepada kamu
  ..." Bagi orang yang menjaga hatinya tulus dalam memberi, Allah
  melimpahkan berkat, yakni: "berkecukupan dalam segala sesuatu dan
  malah berkelebihan di berbagai perbuatan baik" (ayat 8). Mari
  memeriksa rekam jejak (track record) kita sendiri. Sudahkah hati kita
  jauh dari pamrih ketika kita mengasihi dan memberi? Periksalah diri
  Anda dengan jujur dan berani --DKL

             SEMAKIN DALAM SESEORANG MENGENAL KASIH TUHAN             
          IA AKAN SEMAKIN MERASA BERUTANG KASIH KEPADA TUHAN