Ada sebuah pepatah, "buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya". Artinya, setiap sifat dan perilaku anak tidak akan jauh dari orangtuanya. Sebagaimana orangtua berlaku, demikianlah juga si anak meniru. Peribahasa ini tidak bicara tentang garis keturunan, tetapi tentang bagaimana cara kita mendidik anak. Mendidik anak ibarat menulis sesuatu di dalam hatinya, sehingga setiap perkataan, sifat, dan perilaku yang kita tunjukkan kepada anak sesungguhnya telah memberikan sebuah "goresan tinta" dalam diri si anak. Anak-anak kita pun seumpama surat kehidupan dari kita, orangtuanya. Setiap orang yang membaca "surat kehidupan" tersebut; entah memujinya atau mencelanya, secara tidak langsung itu sebetulnya tertuju kepada kita juga. Jadi, jika anak kita menjadi nakal dan berperilaku tidak baik, salah satu yang berperan dalam perilaku itu adalah orangtua, yaitu ketika kita tidak pernah menggoreskan firman Tuhan dengan "tinta" Roh Allah di dalam hati mereka. Oleh sebab itu, mari mulai sekarang goreskan "tinta" Roh Allah kita di dalam hati anak-anak, baik melalui perkataan pun perilaku yang kita tunjukkan setiap hari. Niscaya anak-anak kita akan menjadi surat pujian kita yang dapat dibaca oleh setiap orang -—RY GORESAN TINTA KEHIDUPAN ORANGTUA AKAN MENENTUKAN ANAK MENJADI SURAT YANG SEPERTI APA |
Thursday, August 12, 2010
Menulis Surat
Urusan dengan Tuhan
Ibu Teresa pernah berujar, "Banyak orang menjengkelkan dan mementingkan diri sendiri. Walau begitu, ampunilah mereka. Jika Anda berbuat baik, orang bisa curiga. Walau begitu, tetaplah berbuat baik. Jika Anda jujur, orang akan mencurangi Anda. Walau begitu, tetaplah jujur. Kebaikan Anda hari ini mungkin sudah terlupakan besok pagi. Walau begitu, teruslah berbuat baik. Sebab segala sesuatu merupakan urusan Anda dengan Allah. Bukan dengan manusia. Maka, berikan selalu yang terbaik." Kita pun perlu hidup mengasihi Tuhan dan bekerja bagi-Nya tanpa harus mementingkan penghargaan manusia. Bisa saja kesetiaan hidup atau pelayanan kita tak diperhatikan, dihargai, apalagi diingat orang. Bahkan, kadang perbuatan baik dan pelayanan kita bisa disalahmengerti atau mendapat tanggapan yang tidak baik. Walau begitu, biarlah kita tetap setia. Sebab melakukan yang baik setiap kali merupakan urusan kita untuk memenuhi tujuan yang Tuhan tetapkan bagi hidup kita. Jadi, berikan selalu yang terbaik —-AW TAK PENTING ORANG TAHU APA YANG KITA LAKUKAN YANG PENTING TUHAN SENANG DENGAN APA YANG KITA LAYANKAN |
NEUROTEOLOGI
Neuroteologi, studi tentang peranan otak dalam kehidupan beragama, memaparkan apa yang terjadi dalam otak seseorang ketika ia memikirkan Allah atau hakikat kehidupan. Andrew Newberg, dalam buku How God Changes Your Brain (2009), memaparkan bagaimana aktivitas rohaniah dapat meningkatkan daya otak manusia. Aktivitas itu mengubah sel otak, menguatkan bagian yang menunjang konsentrasi dan menggugah belas kasihan, serta menenangkan bagian yang berkaitan dengan ketakutan dan kemarahan. Kita tak dapat mengontrol sepenuhnya keadaan lingkungan di sekitar kita. Masalah dan konflikùmulai dari yang sepele sampai yang benar-benar parah dapat muncul silih berganti. Namun di tengah semua itu, kita dapat tetap memiliki ketenangan batin saat mengarahkan pikiran kepada Tuhan. Renungkan kembali firman-Nya yang kita baca dalam saat teduh hari ini, misalnya. Firman Tuhan mungkin tidak mencantumkan secara detail, apa langkah konkret yang mesti kita ambil. Namun, kekuatan dan damai sejahtera akan kita rasakan jika kita secara sengaja mengarahkan pikiran pada Tuhan dengan mendekat kepada Allah lewat firman-Nya --ARS KEDAMAIAN SEJATI BUKANLAH KEADAAN TANPA KONFLIK MELAINKAN MUNCUL DARI HADIRAT ALLAH DALAM BATIN KITA |
Subscribe to:
Posts (Atom)