Thursday, August 12, 2010

Menulis Surat

   Ada sebuah pepatah, "buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya".
   Artinya, setiap sifat dan perilaku anak tidak akan jauh dari
   orangtuanya. Sebagaimana orangtua berlaku, demikianlah juga si anak
   meniru. Peribahasa ini tidak bicara tentang garis keturunan, tetapi
   tentang bagaimana cara kita mendidik anak. Mendidik anak ibarat
   menulis sesuatu di dalam hatinya, sehingga setiap perkataan, sifat,
   dan perilaku yang kita tunjukkan kepada anak sesungguhnya telah
   memberikan sebuah "goresan tinta" dalam diri si anak.

   Anak-anak kita pun seumpama surat kehidupan dari kita, orangtuanya.
   Setiap orang yang membaca "surat kehidupan" tersebut; entah
   memujinya atau mencelanya, secara tidak langsung itu sebetulnya
   tertuju kepada kita juga. Jadi, jika anak kita menjadi nakal dan
   berperilaku tidak baik, salah satu yang berperan dalam perilaku itu
   adalah orangtua, yaitu ketika kita tidak pernah menggoreskan firman
   Tuhan dengan "tinta" Roh Allah di dalam hati mereka. Oleh sebab itu,
   mari mulai sekarang goreskan "tinta" Roh Allah kita di dalam hati
   anak-anak, baik melalui perkataan pun perilaku yang kita tunjukkan
   setiap hari. Niscaya anak-anak kita akan menjadi surat pujian kita
   yang dapat dibaca oleh setiap orang -—RY

                       GORESAN TINTA KEHIDUPAN ORANGTUA
            AKAN MENENTUKAN ANAK MENJADI SURAT YANG SEPERTI APA

Urusan dengan Tuhan

   Ibu Teresa pernah berujar, "Banyak orang menjengkelkan dan
   mementingkan diri sendiri. Walau begitu, ampunilah mereka. Jika Anda
   berbuat baik, orang bisa curiga. Walau begitu, tetaplah berbuat
   baik. Jika Anda jujur, orang akan mencurangi Anda. Walau begitu,
   tetaplah jujur. Kebaikan Anda hari ini mungkin sudah terlupakan
   besok pagi. Walau begitu, teruslah berbuat baik. Sebab segala
   sesuatu merupakan urusan Anda dengan Allah. Bukan dengan manusia.
   Maka, berikan selalu yang terbaik."

  
   Kita pun perlu hidup mengasihi Tuhan dan bekerja bagi-Nya tanpa
   harus mementingkan penghargaan manusia. Bisa saja kesetiaan hidup
   atau pelayanan kita tak diperhatikan, dihargai, apalagi diingat
   orang. Bahkan, kadang perbuatan baik dan pelayanan kita bisa
   disalahmengerti atau mendapat tanggapan yang tidak baik. Walau
   begitu, biarlah kita tetap setia. Sebab melakukan yang baik setiap
   kali merupakan urusan kita untuk memenuhi tujuan yang Tuhan tetapkan
   bagi hidup kita. Jadi, berikan selalu yang terbaik —-AW

                TAK PENTING ORANG TAHU APA YANG KITA LAKUKAN
           YANG PENTING TUHAN SENANG DENGAN APA YANG KITA LAYANKAN

NEUROTEOLOGI

   Neuroteologi, studi tentang peranan otak dalam kehidupan beragama,
   memaparkan apa yang terjadi dalam otak seseorang ketika ia
   memikirkan Allah atau hakikat kehidupan. Andrew Newberg, dalam buku
   How God Changes Your Brain (2009), memaparkan bagaimana aktivitas
   rohaniah dapat meningkatkan daya otak manusia. Aktivitas itu
   mengubah sel otak, menguatkan bagian yang menunjang konsentrasi dan
   menggugah belas kasihan, serta menenangkan bagian yang berkaitan
   dengan ketakutan dan kemarahan.

   Kita tak dapat mengontrol sepenuhnya keadaan lingkungan di sekitar
   kita. Masalah dan konflikùmulai dari yang sepele sampai yang
   benar-benar parah dapat muncul silih berganti. Namun di tengah
   semua itu, kita dapat tetap memiliki ketenangan batin saat
   mengarahkan pikiran kepada Tuhan. Renungkan kembali firman-Nya  yang
   kita baca dalam saat teduh hari ini, misalnya. Firman Tuhan mungkin
   tidak mencantumkan secara detail, apa langkah konkret yang mesti
   kita ambil. Namun, kekuatan dan damai sejahtera akan kita rasakan
   jika kita secara sengaja mengarahkan pikiran pada Tuhan dengan
   mendekat kepada Allah lewat firman-Nya --ARS

           KEDAMAIAN SEJATI BUKANLAH KEADAAN TANPA KONFLIK
        MELAINKAN MUNCUL DARI HADIRAT ALLAH DALAM BATIN KITA