Sunday, November 30, 2008

Ungkapkan perasaanmu pada orang yang kau sayangi sebelum terlambat

Cerita bagus buat direnungkan bersama.... Peter dan Tina sedang duduk bersama di taman kampus tanpa melakukan apapun, hanya memandang langit sementara sahabat-sahabat mereka sedang asik bercanda ria dengan kekasih mereka masing-masing. Tina: 'Duh bosen banget. Aku harap aku juga punya pacar yang bisa berbagi waktu denganku.' Peter: 'kayaknya cuma tinggal kita berdua deh yang jomblo. cuma kita berdua saja yang tidak punya pasangan sekarang.' (keduanya mengeluh dan berdiam beberapa saat) Tina: 'Kayaknya aku ada ide bagus deh. kita adakan permainan yuk?' Peter: 'Eh? permainan apaan?' Tina: 'Eng... gampang sih permainannya. Kamu jadi pacarku dan aku jadi pacarmu tapi hanya untuk 100 hari saja. gimana menurutmu?' Peter: 'baiklah... lagian aku juga gak ada rencana apa-apa untuk beberapa bulan ke depan.' Tina: 'Kok kayaknya kamu gak terlalu niat ya... semangat dong! hari ini akan jadi hari pertama kita kencan. Mau jalan-jalan kemana nih?' Peter: 'Gimana kalo kita nonton saja? Kalo gak salah film The Troy lagi maen deh. katanya film itu bagus' Tina: 'OK dech.... Yuk kita pergi sekarang.... ntar pulang nonton kita ke karaoke ya... ajak aja adik kamu sama pacarnya biar seru.' Peter : 'Boleh juga...' (mereka pun pergi nonton, berkaraoke dan Peter mengantarkan Tina pulang malam harinya) Hari ke 2: Peter dan Tina menghabiskan waktu untuk ngobrol dan bercanda di kafe, suasana kafe yang remang-remang dan alunan musik yang syahdu membawa hati mereka pada situasi yang romantis. Sebelum pulang Peter membeli sebuah kalung perak berliontin bintang untuk Tina. Hari ke 3: Mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencari kado untuk seorang sahabat Peter. Setelah lelah berkeliling pusat perbelanjaan, mereka memutuskan membeli sebuah miniatur mobil mini. Setelah itu mereka beristirahat duduk di foodcourt, makan satu potong kue dan satu gelas jus berdua dan mulai berpegangan tangan untuk pertama kalinya. Hari ke 7: Bermain bowling dengan teman-teman Peter. Tangan tina terasa sakit karena tidak pernah bermain bowling sebelumnya. Peter memijit-mijit tangan Tina dengan lembut. Hari ke 25: Peter mengajak Tina makan malam di Ancol Bay. Bulan sudah menampakan diri, langit yang cerah menghamparkan ribuan bintang dalam pelukannya. Mereka duduk menunggu makanan, sambil menikmati suara desir angin berpadu dengan suara gelombang bergulung di pantai. Sekali lagi Tina memandang langit, dan melihat bintang jatuh. Dia mengucapkan suatu permintaan dalam hatinya. Hari ke 41: Peter berulang tahun. Tina membuatkan kue ulang tahun untuk Peter. Bukan kue buatannya yang pertama, tapi kasih sayang yang mulai timbul dalam hatinya membuat kue buatannya itu menjadi yang terbaik. Peter terharu menerima kue itu, dan dia mengucapkan suatu harapan saat meniup lilin ulang tahunnya. Hari ke 67: Menghabiskan waktu di Dufan. Naik halilintar, makan es krim bersama,dan mengunjungi stand permainan. Peter menghadiahkan sebuah boneka teddy bear untuk Tina, dan Tina membelikan sebuah pulpen untuk Peter. Hari ke 72: Pergi Ke PRJ. Melihat meriahnya pameran lampion dari negeri China. Tina penasaran untuk mengunjungi salah satu tenda peramal. Sang peramal hanya mengatakan 'Hargai waktumu bersamanya mulai sekarang' kemudian peramal itu meneteskan air mata. Hari ke 84: Peter mengusulkan agar mereka refreshing ke pantai. Pantai Anyer sangat sepi karena bukan waktunya liburan bagi orang lain. Mereka melepaskan sandal dan berjalan sepanjang pantai sambil berpegangan tangan,merasakan lembutnya pasir dan dinginnya air laut menghempas kaki mereka. Matahari terbenam, dan mereka berpelukan seakan tidak ingin berpisah lagi. Hari ke 99: Peter memutuskan agar mereka menjalani hari ini dengan santai dan sederhana. Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di sebuah taman kota. 15:20 pm Tina: 'Aku haus. Istirahat dulu yuk sebentar. ' Peter: 'Tunggu disini, aku beli minuman dulu. Aku mau teh botol saja. Kamu mau minum apa?' Tina: 'Aku saja yang beli. kamu kan capek sudah menyetir keliling kota hari ini. Sebentar ya' Peter mengangguk. kakinya memang pegal sekali karena dimana-mana Jakarta selalu macet. 15:30 pm Peter sudah menunggu selama 10 menit and Tina belum kembali juga. Tiba-tiba seseorang yang tak dikenal berlari menghampirinya dengan wajah panik. Peter : 'Ada apa pak?' Orang asing: 'Ada seorang perempuan ditabrak mobil. Kayaknya perempuan itu adalah temanmu' Peter segera berlari bersama dengan orang asing itu. Disana, di atas aspal yang panas terjemur terik matahari siang, tergeletak tubuh Tina bersimbah darah, masih memegang botol minumannya. Peter segera melarikan mobilnya membawa Tina ke rumah sakit terdekat. Peter duduk diluar ruang gawat darurat selama 8 jam 10 menit. Seorang dokter keluar dengan wajah penuh penyesalan. 23:53 pm Dokter: 'Maaf, tapi kami sudah mencoba melakukan yang terbaik. Dia masih bernafas sekarang tapi Yang kuasa akan segera menjemput. Kami menemukan surat ini dalam kantung bajunya.' Dokter memberikan surat yang terkena percikan darah kepada Peter dan dia segera masuk ke dalam kamar rawat untuk melihat Tina. Wajahnya pucat tetapi terlihat damai. Peter duduk disamping pembaringan tina dan menggenggam tangan Tina dengan erat. Untuk pertama kali dalam hidupnya Peter merasakan torehan luka yang sangat dalam di hatinya. Butiran air mata mengalir dari kedua belah matanya. Kemudian dia mulai membaca surat yang telah ditulis Tina untuknya. Dear Peter... ke 100 hari kita sudah hampir berakhir. Aku menikmati hari-hari yang kulalui bersamamu. Walaupun kadang-kadang kamu jutek dan tidak bisa ditebak,tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan dalam hidupku. Aku sudah menyadari bahwa kau adalah pria yang berharga dalam hidupku. Aku menyesal tidak pernah berusaha untuk mengenalmu lebih dalam lagi sebelumnya. Sekarang aku tidak meminta apa-apa, hanya berharap kita bisa memperpanjang hari-hari kebersamaan kita. Sama seperti yang kuucapkan pada bintang jatuh malam itu di pantai, Aku ingin kau menjadi cinta sejati dalam hidupku. Aku ingin menjadi kekasihmu selamanya dan berharap kau juga bisa berada disisiku seumur hidupku. Peter, aku sangat sayang padamu. 23:58 Peter: 'Tina, apakah kau tahu harapan apa yang kuucapkan dalam hati saat meniup lilin ulang tahunku? Aku pun berdoa agar Tuhan mengijinkan kita bersama-sama selamanya. Tina, kau tidak bisa meninggalkanku! hari yang kita lalui baru berjumlah 99 hari! Kamu harus bangun dan kita akan melewati puluhan ribu hari bersama-sama! Aku juga sayang padamu, Tina. Jangan tinggalkan aku, jangan biarkan aku kesepian! Tina, Aku sayang kamu...!' Jam dinding berdentang 12 kali.... jantung Tina berhenti berdetak. Hari itu adalah hari ke 100... PS : * Katakan perasaanmu pada orang yang kau sayangi sebelum terlambat. * Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok. * Kau tidak akan pernah tahu siapa yang akan meninggalkanmu dan tidak akan pernah kembali lagi.

Laki-Laki Sejati

Cerpen Putu Wijaya Seorang perempuan muda bertanya kepada ibunya. Ibu, lelaki sejati itu seperti apa? Ibunya terkejut. Ia memandang takjub pada anak yang di luar pengamatannya sudah menjadi gadis jelita itu. Terpesona, karena waktu tak mau menunggu. Rasanya baru kemarin anak itu masih ngompol di sampingnya sehingga kasur berbau pesing. Tiba-tiba saja kini ia sudah menjadi perempuan yang punya banyak pertanyaan. Sepasang matanya yang dulu sering belekan itu, sekarang bagai sorot lampu mobil pada malam gelap. Sinarnya begitu tajam. Sekelilingnya jadi ikut memantulkan cahaya. Namun jalan yang ada di depan hidungnya sendiri, yang sedang ia tempuh, nampak masih berkabut. Hidup memang sebuah rahasia besar yang tak hanya dialami dalam cerita di dalam pengalaman orang lain, karena harus ditempuh sendiri. Kenapa kamu menanyakan itu, anakku? Sebab aku ingin tahu. Dan sesudah tahu? Aku tak tahu. Wajah gadis itu menjadi merah. Ibunya paham, karena ia pun pernah muda dan ingin menanyakan hal yang sama kepada ibunya, tetapi tidak berani. Waktu itu perasaan tidak pernah dibicarakan, apalagi yang menyangkut cinta. Kalaupun dicoba, jawaban yang muncul sering menyesatkan. Karena orang tua cenderung menyembunyikan rahasia kehidupan dari anak-anaknya yang dianggapnya belum cukup siap untuk mengalami. Kini segalanya sudah berubah. Anak-anak ingin tahu tak hanya yang harus mereka ketahui, tetapi semuanya. Termasuk yang dulu tabu. Mereka senang pada bahaya. Setelah menarik napas, ibu itu mengusap kepala putrinya dan berbisik. Jangan malu, anakku. Sebuah rahasia tak akan menguraikan dirinya, kalau kau sendiri tak penasaran untuk membukanya. Sebuah rahasia dimulai dengan rasa ingin tahu, meskipun sebenarnya kamu sudah tahu. Hanya karena kamu tidak pernah mengalami sendiri, pengetahuanmu hanya menjadi potret asing yang kamu baca dari buku. Banyak orang tua menyembunyikannya, karena pengetahuan yang tidak perlu akan membuat hidupmu berat dan mungkin sekali patah lalu berbelok sehingga kamu tidak akan pernah sampai ke tujuan. Tapi ibu tidak seperti itu. Ibu percaya zaman memberikan kamu kemampuan lain untuk menghadapi bahaya-bahaya yang juga sudah berbeda. Jadi ibu akan bercerita. Tetapi apa kamu siap menerima kebenaran walaupun itu tidak menyenangkan? Maksud Ibu? Lelaki sejati anakku, mungkin tidak seperti yang kamu bayangkan. Kenapa tidak? Sebab di dalam mimpi, kamu sudah dikacaukan oleh bermacam-macam harapan yang meluap dari berbagai kekecewaan terhadap laki-laki yang tak pernah memenuhi harapan perempuan. Di situ yang ada hanya perasaan keki. Apakah itu salah? Ibu tidak akan bicara tentang salah atau benar. Ibu hanya ingin kamu memisahkan antara perasaan dan pikiran. Antara harapan dan kenyataan. Aku selalu memisahkan itu. Harapan adalah sesuatu yang kita inginkan terjadi yang seringkali bertentangan dengan apa yang kemudian ada di depan mata. Harapan menjadi ilusi, ia hanya bayang-bayang dari hati. Itu aku mengerti sekali. Tetapi apa salahnya bayang-bayang? Karena dengan bayang-bayang itulah kita tahu ada sinar matahari yang menyorot, sehingga berkat kegelapan, kita bisa melihat bagian-bagian yang diterangi cahaya, hal-hal yang nyata yang harus kita terima, meskipun itu bertentangan dengan harapan. Ibunya tersenyum. Jadi kamu masih ingat semua yang ibu katakan? Kenapa tidak? Berarti kamu sudah siap untuk melihat kenyataan? Aku siap. Aku tak sabar lagi untuk mendengar. Tunjukkan padaku bagaimana laki-laki sejati itu. Ibu memejamkan matanya. Ia seakan-akan mengumpulkan seluruh unsur yang berserakan di mana-mana, untuk membangun sebuah sosok yang jelas dan nyata. Laki-laki yang sejati, anakku katanya kemudian, adalah… tetapi ia tak melanjutkan. Adalah? Adalah seorang laki-laki yang sejati. Ah, Ibu jangan ngeledek begitu, aku serius, aku tak sabar. Bagus, Ibu hanya berusaha agar kamu benar-benar mendengar setiap kata yang akan ibu sampaikan. Jadi perhatikan dengan sungguh-sungguh dan jangan memotong, karena laki-laki sejati tak bisa diucapkan hanya dengan satu kalimat. Laki-laki sejati anakku, lanjut ibu sambil memandang ke depan, seakan-akan ia melihat laki-laki sejati itu sedang melangkah di udara menghampiri penjelmaannya dalam kata-kata. Laki-laki sejati adalah… Laki-laki yang perkasa?! Salah! Kan barusan Ibu bilang, jangan menyela! Laki-laki disebut laki-laki sejati, bukan hanya karena dia perkasa! Tembok beton juga perkasa, tetapi bukan laki-laki sejati hanya karena dia tidak tembus oleh peluru tidak goyah oleh gempa tidak tembus oleh garukan tsunami, tetapi dia harus lentur dan berjiwa. Tumbuh, berkembang bahkan berubah, seperti juga kamu. O ya? Bukan karena ampuh, bukan juga karena tampan laki-laki menjadi sejati. Seorang lelaki tidak menjadi laki-laki sejati hanya karena tubuhnya tahan banting, karena bentuknya indah dan proporsinya ideal. Seorang laki-laki tidak dengan sendirinya menjadi laki-laki sejati karena dia hebat, unggul, selalu menjadi pemenang, berani dan rela berkorban. Seorang laki-laki belum menjadi laki-laki sejati hanya karena dia kaya-raya, baik, bijaksana, pintar bicara, beriman, menarik, rajin sembahyang, ramah, tidak sombong, tidak suka memfitnah, rendah hati, penuh pengertian, berwibawa, jago bercinta, pintar mengalah, penuh dengan toleransi, selalu menghargai orang lain, punya kedudukan, tinggi pangkat atau punya karisma serta banyak akal. Seorang laki-laki tidak menjadi laki-laki sejati hanya karena dia berjasa, berguna, bermanfaat, jujur, lihai, pintar atau jenius. Seorang laki-laki meskipun dia seorang idola yang kamu kagumi, seorang pemimpin, seorang pahlawan, seorang perintis, pemberontak dan pembaru, bahkan seorang yang arif-bijaksana, tidak membuat dia otomatis menjadi laki-laki sejati! Kalau begitu apa dong? Seorang laki-laki sejati adalah seorang yang melihat yang pantas dilihat, mendengar yang pantas didengar, merasa yang pantas dirasa, berpikir yang pantas dipikir, membaca yang pantas dibaca, dan berbuat yang pantas dibuat, karena itu dia berpikir yang pantas dipikir, berkelakuan yang pantas dilakukan dan hidup yang sepantasnya dijadikan kehidupan. Perempuan muda itu tercengang. Hanya itu? Seorang laki-laki sejati adalah seorang laki-laki yang satu kata dengan perbuatan! Orang yang konsekuen? Lebih dari itu! Seorang yang bisa dipercaya? Semuanya! Perempuan muda itu terpesona. Apa yang lebih dari yang satu kata dan perbuatan? Tulus dan semuanya? Ahhhhh! Perempuan muda itu memejamkan matanya, seakan-akan mencoba membayangkan seluruh sifat itu mengkristal menjadi sosok manusia dan kemudian memeluknya. Ia menikmati lamunannya sampai tak sanggup melanjutkan lagi ngomong. Dari mulutnya terdengar erangan kecil, kagum, memuja dan rindu. Ia mengalami orgasme batin. Ahhhhhhh, gumannya terus seperti mendapat tusukan nikmat. Aku jatuh cinta kepadanya dalam penggambaran yang pertama. Aku ingin berjumpa dengan laki-laki seperti itu. Katakan di mana aku bisa menjumpai laki-laki sejati seperti itu, Ibu? Ibu tidak menjawab. Dia hanya memandang anak gadisnya seperti kasihan. Perempuan muda itu jadi bertambah penasaran. Di mana aku bisa berkenalan dengan dia? Untuk apa? Karena aku akan berkata terus-terang, bahwa aku mencintainya. Aku tidak akan malu-malu untuk menyatakan, aku ingin dia menjadi pacarku, mempelaiku, menjadi bapak dari anak-anakku, cucu-cucu Ibu. Biar dia menjadi teman hidupku, menjadi tongkatku kalau nanti aku sudah tua. Menjadi orang yang akan memijit kakiku kalau semutan, menjadi orang yang membesarkan hatiku kalau sedang remuk dan ciut. Membangunkan aku pagi-pagi kalau aku malas dan tak mampu lagi bergerak. Aku akan meminangnya untuk menjadi suamiku, ya aku tak akan ragu-ragu untuk merayunya menjadi menantu Ibu, penerus generasi kita, kenapa tidak, aku akan merebutnya, aku akan berjuang untuk memilikinya. Dada perempuan muda itu turun naik. Apa salahnya sekarang wanita memilih laki-laki untuk jadi suami, setelah selama berabad-abad kami perempuan hanya menjadi orang yang menunggu giliran dipilih? Perempuan muda itu membuka matanya. Bola mata itu berkilat-kilat. Ia memegang tangan ibunya. Katakan cepat Ibu, di mana aku bisa menjumpai laki-laki itu? Bunda menarik nafas panjang. Gadis itu terkejut. Kenapa Ibu menghela nafas sepanjang itu? Karena kamu menanyakan sesuatu yang sudah tidak mungkin, sayang. Apa? Tidak mungkin? Ya. Kenapa? Karena laki-laki sejati seperti itu sudah tidak ada lagi di atas dunia. Oh, perempuan muda itu terkejut. Sudah tidak ada lagi? Sudah habis. Ya Tuhan, habis? Kenapa? Laki-laki sejati seperti itu semuanya sudah amblas, sejak ayahmu meninggal dunia. Perempuan muda itu menutup mulutnya yang terpekik karena kecewa. Sudah amblas? Ya. Sekarang yang ada hanya laki-laki yang tak bisa lagi dipegang mulutnya. Semuanya hanya pembual. Aktor-aktor kelas tiga. Cap tempe semua. Banyak laki-laki yang kuat, pintar, kaya, punya kekuasaan dan bisa berbuat apa saja, tapi semuanya tidak bisa dipercaya. Tidak ada lagi laki-laki sejati anakku. Mereka tukang kawin, tukang ngibul, semuanya bakul jamu, tidak mau mengurus anak, apalagi mencuci celana dalammu, mereka buas dan jadi macan kalau sudah dapat apa yang diinginkan. Kalau kamu sudah tua dan tidak rajin lagi meladeni, mereka tidak segan-segan menyiksa menggebuki kaum perempuan yang pernah menjadi ibunya. Tidak ada lagi laki-laki sejati lagi, anakku. Jadi kalau kamu masih merindukan laki-laki sejati, kamu akan menjadi perawan tua. Lebih baik hentikan mimpi yang tak berguna itu. Gadis itu termenung. Mukanya nampak sangat murung. Jadi tak ada harapan lagi, gumamnya dengan suara tercekik putus asa. Tak ada harapan lagi. Kalau begitu aku patah hati. Patah hati? Ya. Aku putus asa. Kenapa mesti putus asa? Karena apa gunanya lagi aku hidup, kalau tidak ada laki-laki sejati? Ibunya kembali mengusap kepala anak perempuan itu, lalu tersenyum. Kamu terlalu muda, terlalu banyak membaca buku dan duduk di belakang meja. Tutup buku itu sekarang dan berdiri dari kursi yang sudah memenjarakan kamu itu. Keluar, hirup udara segar, pandang lagit biru dan daun-daun hijau. Ada bunga bakung putih sedang mekar beramai-ramai di pagar, dunia tidak seburuk seperti yang kamu bayangkan di dalam kamarmu. Hidup tidak sekotor yang diceritakan oleh buku-buku dalam perpustakaanmu meskipun memang tidak seindah mimpi-mimpimu. Keluarlah anakku, cari seseorang di sana, lalu tegur dan bicara! Jangan ngumpet di sini! Aku tidak ngumpet! Jangan lari! Siapa yang lari? Mengurung diri itu lari atau ngumpet. Ayo keluar! Keluar ke mana? Ke jalan! Ibu menunjuk ke arah pintu yang terbuka. Bergaul dengan masyarakat banyak. Gadis itu termangu. Untuk apa? Dalam rumah kan lebih nyaman? Kalau begitu kamu mau jadi kodok kuper! Tapi aku kan banyak membaca? Aku hapal di luar kepala sajak-sajak Kahlil Gibran! Tidak cukup! Kamu harus pasang omong dengan mereka, berdialog akan membuat hatimu terbuka, matamu melihat lebih banyak dan mengerti pada kelebihan-kelebihan orang lain. Perempuan muda itu menggeleng. Tidak ada gunanya, karena mereka bukan laki-laki sejati. Makanya keluar. Keluar sekarang juga! Keluar? Ya. Perempuan muda itu tercengang, suara ibunya menjadi keras dan memerintah. Ia terpaksa meletakkan buku, membuka earphone yang sejak tadi menyemprotkan musik R & B ke dalam kedua telinganya, lalu keluar kamar. Matahari sore terhalang oleh awan tipis yang berasal dari polusi udara. Tetapi itu justru menolong matahari tropis yang garang itu untuk menjadi bola api yang indah. Dalam bulatan yang hampir sempurna, merahnya menyala namun lembut menggelincir ke kaki langit. Silhuet seekor burung elang nampak jauh tinggi melayang-layang mengincer sasaran. Wajah perempuan muda itu tetap kosong. Aku tidak memerlukan matahari, aku memerlukan seorang laki-laki sejati, bisiknya. Makanya keluar dari rumah dan lihat ke jalanan! Untuk apa? Banyak laki-laki di jalanan. Tangkap salah satu. Ambil yang mana saja, sembarangan dengan mata terpejam juga tidak apa-apa. Tak peduli siapa namanya, bagaimana tampangnya, apa pendidikannya, bagaimana otaknya dan tak peduli seperti apa perasaannya. Gaet sembarang laki-laki yang mana saja yang tergapai oleh tanganmu dan jadikan ia teman hidupmu! Perempuan muda itu tecengang. Hampir saja ia mau memprotes. Tapi ibunya keburu memotong. Asal, lanjut ibunya dengan suara lirih namun tegas, asal, ini yang terpenting anakku, asal dia benar-benar mencintaimu dan kamu sendiri juga sungguh-sungguh mencintainya. Karena cinta, anakku, karena cinta dapat mengubah segala-galanya. Perempuan muda itu tercengang. Dan lebih dari itu, lanjut ibu sebelum anaknya sempat membantah, lebih dari itu anakku, katanya dengan suara yang lebih lembut lagi namun semakin tegas, karena seorang perempuan, anakku, siapa pun dia, dari mana pun dia, bagaimana pun dia, setiap perempuan, setiap perempuan anakku, dapat membuat seorang lelaki, siapa pun dia, bagaimana pun dia, apa pun pekerjaannya bahkan bagaimana pun kalibernya, seorang perempuan dapat membuat setiap lelaki menjadi seorang laki-laki yang sejati! *** Denpasar, akhir 2004

Friday, November 21, 2008

KEBAHAGIAAN DAN KEKAYAAN SEJATI

Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja ,memiliki kegemaran berburu. Suatu hari, ditemani penasehat dan pengawalnya raja pergi berburu ke hutan. Karena kurang hati-hati,terjadilah kecelakaan, jari kelingking raja terpotong oleh pisau yang sangat tajam. Raja bersedih dan meminta pendapat dari seorang penasihatnya. Sang penasehat mencoba menghibur dengan kata-kata manis, tapi raja tetap sedih. Karena tidak tahu lagi apa yang mesti diucapkan untuk menghibur raja, akhirnya penasehat itu berkata: 'Baginda, FAN SHI GAN JI, apa pun yang terjadi patut disyukuri '. mendengar ucapan penasehatnya itu sang raja langsung marah besar. 'Kurang ajar ! Kena musibah bukan dihibur tapi malah disuruh bersyukur... !' Lalu raja memerintahkan pengawalnya untuk menghukum penasehat tadi dengan hukuman tiga tahun penjara. Hari terus berganti. Hilangnya jari kelingking ternyata tidak membuat raja menghentikannya berburu. Suatu hari, raja bersama penasehatnya yang baru dan rombongan, berburu ke hutan yang jauh dari istana. Tidak terduga, saat berada di tengah hutan, raja dan penasehatnya tersesat dan terpisah dari rombongan. Tiba-tiba, mereka dihadang oleh orang-orang suku primitif. Keduanya lalu ditangkap dan diarak untuk dijadikan korban persembahan kepada para dewa.Sebelum dijadikan persembahan kepada para dewa, raja dan penasehatnya dimandikan. Saat giliran raja yang dimandikan, ketahuan kalau salah satu jari kelingkingnya terpotong, yang diartikan sebagai tubuh yang cacat sehingga dianggap tidak layak untuk dijadikan persembahan kepada para dewa. Akhirnya, raja ditendang dan dibebaskan begitu saja oleh orang-orang primitif itu. Dan penasehat barulah yang dijadikan persembahan kepada para dewa. Dengan susah payah akhirnya raja berhasil keluar dari hutan dan kembali keistana. Setibanya diistana, raja langsung memerintahkan supaya penasehat yang dulu dijatuhinya hukuman penjara segera dibebaskan. 'Penasehat ku, aku berterimakasih kepada mu. Nasehatmu ternyata benar, apa pun yang terjadi kita patut bersyukur. Karena jari kelingkingku yang terpotong waktu itu, hari ini aku bisa pulang dengan selamat. . . . ' Kemudian, raja menceritakan kisah perburuannya waktu itu secara lengkap. Setelah mendengar cerita sang raja, buru-buru sipenasehat berlutut sambil berkata: 'Terima kasih baginda. Saya juga bersyukur baginda telah memenjarakan saya waktu itu. Karena jika tidak, mungkin sekarang ini, sayalah yang menjadi korban dipersembahkan kepada dewa oleh orang-orang primitif.' Cerita di atas mengajarkan suatu nilai yang sangat mendasar, yaitu FAN SHI GAN JI apa pun yang terjadi, selalu bersyukur, saat kita dalam kondisi maju dan sukses, kita patut bersyukur, saat musibah datang pun kita tetap bersyukur. Dalam proses kehidupan ini, memang tidak selalu bisa berjalan mulus seperti yang kita harapkan. Kadang kita di hadapkan pada kenyataan hidup berupa kekhilafan, kegagalan, penipuan,fitnahan, penyakit, musibah, kebakaran, bencana alam, dan lain sebagainya. Manusia dengan segala kemajuan berpikir, teknologi, dan kemampuan antisipasinya, senantiasa berusaha mengantisipasi adanya potensi-potensi kegagalan, bahaya, atau musibah. Namun kenyataannya, tidak semua aspek bisa kita kuasai. Ada wilayah 'X' yang keberadaan dan keberlangsungannya sama sekali di luar kendali manusia. Inilah wilayah Tuhan Yang Maha kuasa dengan segala misterinya. Sebagai makhluk berakal budi, wajar kita berusaha menghindarkan segala bentuk marabahaya. Tetapi jika marabahaya datang dan kita tidak lagi mampu untuk mengubahnya, maka kita harus belajar dengan rasa syukur dan jiwa yang besar untuk menerimanya. Dengan demikian beban penderitaan mental akan jauh terasa lebih ringan, kalau tidak, kita akan mengalami penderitaan mental yang berkepanjangan. Sungguh, bisa bersyukur dalam keadaan apapun merupakan kekayaan jiwa. Maka saya sangat setuju sekali dengan kata bijak yang mengatakan KEBAHAGIAAN DAN KEKAYAAN SEJATI ADA DI RASA BERSYUKUR. Karya ANDRIE WONGSO.

Thursday, November 20, 2008

Orang yang mengasihi orang lain akan dikasihi

Seorang Gadis Bernama Li-Li Seorang gadis Cina bernama Li-Li menikah dan tinggal bersama suami dan ibu mertua. Semenjak itu, Li-Li menyedari bahwa dia tidak dapat menyesuaikan diri dengan ibu mertuanya dalam semua perkara. Sikap dan prinsip mereka berbeza dan Li-Li sangat marah dan tidak begitu menyenangi ibu mertuanya. Li-Li juga sering dikritik ibu mertuanya. Hari demi hari, minggu demi minggu, Li-Li dan ibu mertua tidak pernah berhenti berleter dan bertengkar. Keadaan menjadi bertambah buruk, kerana berdasarkan tradisi Cina, Li-Li harus taat kepada setiap permintaan ibu mertua. Semua ketegangan dan pertengkaran di dalam rumah menyebabkan si suami yang miskin itu berada di dalam tekanan. Akhirnya, Li-Li tidak tahan lagi dengan sikap panas baran dan dominasi ibu mertuanya, dan dia memutuskan untuk melakukan sesuatu. Li-Li pergi menemui teman baik ayahnya, Mr. Huang, yang menjual herba ubatan Cina. Li-Li menceritakan segala masalah yang dialaminya dan meminta Mr.Huang memberinya sejumlah racun supaya masalahnya dapat diselesaikan. Mr. Huang berfikir sejenak dan tersenyum dan akhirnya berkata, "Li-Li, saya akan menolong kamu, tapi kamu harus dengar dengan teliti dan melakukan apa yang saya suruh" Li-Li menjawab, "Baik, saya akan melakukan apa saja yang pakcik minta." Mr. Huang mencari-cari sesuatu di dalam sebuah bilik dan kembali beberapa minit kemudian dengan membawa sejumlah herba. Dia memberitahu Li-Li, "Kamu tidak boleh menggunakan racun yang bertindak-balas cepat untuk membunuh ibu mertuamu, kerana nanti akan menyebabkan orang berasa curiga. Oleh sebab itu saya memberi kamu sejumlah herba yang secara perlahan akan meracuni tubuh ibu mertuamu. Setiap hari masakkan daging atau ayam dan kemudian campurkan sedikit herba ini. Untuk memastikan bahawa tidak ada orang yang mencurigaimu, kamu harus berhati-hati dan berbuat baik dengan ibu mertuamu. Jadikan dia sebagai sahabat. Jangan berdebat dengannya, taati dia, dan layani dia seumpama seorang ratu." Li-Li berasa sangat senang. Dia kembali ke rumah dan mula merancang pembunuhan ibu mertuanya. Minggu demi minggu berlalu, bulan berganti bulan, dan setiap hari, Li-Li memasakkan ibu mertuanya dengan masakan yang dibuat secara khusus. Li-Li ingat segala pesanan Mr. Huang. Untuk mengelakkan sebarang kecurigaan, Li-Li berhati-hati mengawal emosinya, mentaati ibu mertuanya, melayan ibu mertuanya seperti ibunya sendiri dan bersahabat. Setelah enam bulan berlalu, suasana rumah berubah menjadi ceria. Li-Li telah belajar mengawal emosinya dengan baik sehingga hampir tidak pernah meledak dalam amarah atau kekecewaan. Dia tidak bertengkar sekalipun dengan ibu mertuanya, yang sekarang kelihatan jauh lebih baik dan mudah bersahabat. Sikap ibu mertua terhadap Li-Li juga berubah. Dia mula menyayangi Li-Li seperti anaknya sendiri. Dia semakin senang memberitahu teman-teman dan kenalannya bahawa Li-Li adalah menantu terbaik yang pernah ditemuinya. Li-Li dan ibu mertuanya sekarang sangat rapat di antara satu sama lain. Suami Li-Li turut gembira melihat perubahan yang berlaku. Suatu hari, Li-Li datang menemui Mr. Huang dan minta pertolongan lagi. Dia berkata, "Mr. Huang, tolonglah saya untuk mencegah racun itu membunuh ibu mertua saya. Dia telah berubah menjadi seorang wanita yang sangat baik dan saya mengasihinya seperti ibu saya sendiri. Saya tidak ingin dia mati kerana racun yang saya berikan." Mr. Huang tersenyum dan mengangkat kepalanya. "Li-Li, tidak usah bimbang. Saya tidak pernah memberimu racun. Herba yang saya berikan dulu adalah vitamin untuk meningkatkan kesihatannya. Satu-satunya racun yang pernah ada ialah di dalam fikiran dan sikapmu terhadapnya, tapi semuanya sudah lenyap dibersihkan oleh kasih sayang dan perhatian yang kamu berikan padanya." Moral: Pernahkah anda menyedari bahawa sebagaimana perlakuanmu terhadap orang lain akan sama dengan apa yang akan mereka lakukan terhadap kita? "Pepatah China berkata: Orang yang mengasihi orang lain akan dikasihi"

Wednesday, November 19, 2008

MAMAT si kondang

Mamat, pesuruh di kantor kami dikenal suka omong gede, ngakunya kenal sama semua orang beken di negeri ini. Tingkahnya itu kadang-kadang ngeselin. Suatu waktu, boss-nya penasaran dan ingin membuktikan bualannya. "Oke boss" kata si Mamat, "sebutin aja deh nama orangnya yang ane kagak kenal". "Coba buktiin you kenal nggak sama si Meriem Bellina". "Beres boss. 'Yuk kita ke pengadilan". Maklum si Meriem 'kan lagi ngegugat-cerai lakinya. Di pengadilan, menunggu sebentar, nggak lama kemudian muncul Meriem diiringi pengacaranya. Begitu lewat di depan si Mamat, langsung siMeriem negor: "Eh, Mat ke mana aja udah lama nggak keliatan?", diiringi cium pipi kiri dan kanan ala selebritis. "'Ntar kalo urusan udah selesai main ya kerumah". Sejenak si boss terpana, tapi tak lama kemudian dia ngomong: "Ah, saya masih belum yakin. 'ngkali kebetulan aja. Ayo sekarang tunjukin kalo you kenal sama si Liem Sioe Liong". "Beres boss". Esoknya mereka menunggu di lobby gedung BCA yg diagunin ke BPPN itu. Tak lama kemudian muncullah si taipan diiringi bodyguard-nya. Melihat si Mamat, eh si taipan nyamperin: "Haiyya, Mat. Tumben elu baru nongol. Owe udah lama nyariin elu. Ke mana ajah? Yuk keatas dulu, kita ngopi sebentar". "Wah, 'koh, ane lagi banyak urusan nih. Kamsia deh. Kapan-kapan ane pasti mampir lagi". Si taipan nyautin: "Iya dah. Jangan lupa ya", sambil tangannya menyisipkan sesuatu ke kantong si Mamat. Beberapa saat si boss melongo menyaksikan semua adegan pembicaraan. Tapi si boss masih penasaran, katanya: "Oke deh, saya udah hampir percaya semua yang saya saksikan. Tapi ini test yang terakhir. Coba buktiin kalo you kenal sama Gus Dur". "Yakh boss, terang ane kenal, 'kan saben hari nongol di TV". "Bukan itu maksudku, tapi kenalnya kenal beneran", sergah si boss. "Beres deh boss, 'kan hari Minggu ada Istighosah mendukung Gus Dur diSenayan. 'Ntar kita ke sana." Hari Minggu sungguh luar biasa, ribuan massa NU sudah luber di Senayan. "Wah, boss kalo gini caranya susah juga ya. Gimana caranya dia tau ane ada di sini. Tapi... gini aja deh, boss. Boss tunggu aja di sini. Boss liat aja nanti ane keluar di podium barengan ame Gus Dur. Ane kenal kok sama Banser-Banser yang tugas di podium." Ditunggu-tunggu, setengah jam kemudian tepuk tangan bergemuruh menyambut Gus Dur keluar dari podium, dan...keluar dengan digandeng si Mamat disebelahnya. Di sebelah satunya jelas si Yenny, putrinya. Tak lama kemudian si Mamat balik mau nemuin boss-nya. Kaget dia nemuin bossnya pingsan dikelilingi Petugas P3K, jangan-jangan serangan jantung. Setelah ditunggu beberapa lama kemudian, pelan-pelan dia ngomong ke si bossnya: "Boss, boss kenapa ente. Nyebut dong, nyebut". Alhamdulillah, nggak lama si boss buka matanya, setengah berbisik "Nggak apa-apa. Aku nggak apa-apa". "Abis kenapa bisa kejadian begini?", tanya si Mamat. "Tadi waktu you keluar bareng Gus Dur di podium, orang di sebelah saya ngomong: "EH, SIAPA TUH YANG DIGANDENG SI MAMAT???

Jangan Pernah Menganggap Seseorang Lemah

Kisah nyata ini terjadi di sebuah Rumah Sakit di Tennessee, USA . Seorang ibu muda, Karen namanya sedang mengandung bayinya yang ke dua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael anaknya pertama yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya. Michael senang sekali akan punya adik. Kerap kali ia menempelkan telinganya diperut ibunya.. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih diperut ibunya itu. Nampaknya Michael amat sayang sama adiknya yang belum lahir itu. Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh diluar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen; bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi. Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus! Mami, .... aku mau nyanyi buat adik kecil! Ibunya kurang tanggap. Mami, ... aku pengen nyanyi! Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya. Mami, ... aku kepengen nyanyi! Ini berulang kali diminta Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak. Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup! Ia d ice gat oleh suster didepan pintu kamar ICU. Anak kecil dilarang masuk!. Karen ragu-ragu. Tapi, suster.... suster tak mau tahu; ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk! Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya: Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya! Suster terdiam menatap Michael dan berkata, tapi tidak boleh lebih dari lima menit!. Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut. Michael menatap lekat adiknya ... lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring "... You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey ... " Ajaib! si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya. You never know, dear, How much I love you. Please don't take my sunshine away. Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan terus, ... terus Michael! teruskan sayang! ... bisik ibunya .... The other night,dear, as I laid sleeping, I dream, I held you in my hands ... dan sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur .... I'll always love you and make you happy, if you will only stay the same ... Sang adik kelihatan begitu tenang ... sangat tenang. Lagi sayang! bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan ... adiknya kelihatan semakin tenang, relax dan damai ...lalu tertidur lelap. Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri. Hari berikutnya, satu hari kemudian si adik bayi sudah diperbolehkan pulang.. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah therapy ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai Mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa, sungguh amat luar biasa! tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata. Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan "How much I love you". Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil "Michael" untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagiNYA bila IA menghendaki terjadi. Note: Kadang hal-hal yang menentukan, dalam diri orang lain ... Datang dari seseorang yang kita anggap lemah ... Hadir dari seseorang yang kita tidak pernah perhitungkan

Sunday, November 16, 2008

"I'm gonna be like you, Dad"

Suatu hari suami saya rapat dengan beberapa rekan bisnisnya yang kebetulan mereka sudah mendekati usia 60 tahun dan dikaruniai beberapa orang cucu. Di sela-sela pembicaraan serius tentang bisnis, para kakek yang masih aktif itu sempat juga berbagi pengalaman tentang kehidupan keluarga di masa senja usia. Suami saya yang kebetulan paling muda dan masih mempunyai anak bal ita , mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, dan untuk itu saya merasa berterima kasih kepada rekan-rekan bisnisnya tersebut. Mengapa? Inilah kira-kira kisah mereka. Salah satu dari mereka kebetulan akan ke Bali untuk urusan bisnis, dan minta tolong diatur tiket kepulangannya melalui Surabaya karena akan singgah kerumah anaknya yang bekerja di sana . Di situlah awal pembicaraan "menyimpang" dimulai. Ia mengeluh, " Susah anak saya ini, masak sih untuk bertemu bapaknya saja sulitnya bukan main." "Kalau saya telepon dulu, pasti nanti dia akan berkata jangan datang sekarang karena masih banyak urusan. Lebih baik datang saja tiba-tiba, yang penting saya bisa lihat cucu." Kemudian itu ditimpali oleh rekan yang lain. "Kalau Anda jarang bertemu dengan anak karena beda kota , itu masih dapat dimengerti," katanya. "Anak saya yang tinggal satu kota saja, harus pakai perjanjian segala kalau ingin bertemu." "Saya dan istri kadang-kadang merasa begitu kesepian, karena kedua anak saya jarang berkunjung, paling-paling hanya telepon." Ada lagi yang berbagi kesedihannya, ketika ia dan istrinya mengengok anak laki-lakinya, yang istrinya baru melahirkan di salah satu kota di Amerika. Ketika sampai dan baru saja memasuki rumah anaknya, sang anak sudah bertanya,"Kapan Ayah dan Ibu kembali ke Indonesia ?" "Bayangkan! Kami menempuh perjalanan hampir dua hari, belum sempat istirahat sudah d ita nya ! kapan pulang." Apa yang digambarkan suami saya tentang mereka, adalah rasa kegetiran dan kesepian yang tengah melanda mereka di hari tua. Padahal mereka adalah para profesional yang begitu berhasil dalam kariernya. Suami saya bertanya, "Apakah suatu saat k ita juga akan mengalami hidup seperti mereka?" Untuk menjawab itu, saya sodorkan kepada suami saya sebuah syair lagu berjudul Cat's In the Cradle karya Harry Chapin. Beberapa cuplikan syair tersebut saya terjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia agar relevan untuk konteks Indonesia . Serasa kemarin ketika anakku lahir dengan penuh berkah. Aku harus siap untuknya, sehingga sibuk aku mencari nafkah sampai 'tak ingat kapan pertama kali ia belajar melangkah. Pun kapan ia belajar bicara dan mulai lucu bertingkah. Namun aku tahu betul ia pernah berkata, "Aku akan menjadi seperti Ayah kelak" "Ya betul aku ingin seperti Ayah kelak" "Ayah, jam berapa nanti pulang?" "Aku tak tahu 'Nak, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu saja k ita akan mempunyai waktu indah bersama" Ketika saat anakku ulang tahun yang kesepuluh; Ia berkata, "Terima kasih atas hadiah ! bolanya Ayah, wah ... k ita bisa main bola bersama. Ajari aku bagaimana cara melempar bola" "Tentu saja 'Nak, tetapi jangan sekarang, Ayah banyak pekerjaan sekarang" Ia hanya berkata, "Oh ....." Ia melangkah pergi, tetapi senyumnya tidak hilang, seraya berkata, "Aku akan seperti ayahku. Ya, betul aku akan sepertinya" "Ayah, jam berapa nanti pulang?" "Aku tak tahu 'Nak, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu aja k ita akan mempunyai waktu indah bersama" Suatu saat anakku pulang ke rumah dari kuliah; Begitu gagahnya ia, dan aku memanggilnya, "Nak, aku bangga sekali denganmu, duduklah sebentar dengan Ayah" Dia menengok sebentar sambil tersenyum,"Ayah, yang aku perlu sekarang adalah meminjam mobil, mana kuncinya?" "Sampai bertemu nanti Ayah, aku ada janji dengan kawan" "Nak, jam berapa nanti pulang?" "Aku tak tahu 'Yah, tetapi k ita akan punya waktu bersama nanti dan tentu saja k ita akan mempunyai waktu indah bersama" Aku sudah lama pensiun, dan anakku sudah lama pergi dari rumah; Suatu saat aku meneleponnya. "Aku ingin bertemu denganmu, Nak" Ia bilang, "Tentu saja aku senang bertemu Ayah, tetapi sekarang aku tidak ada waktu. Ayah tahu, pekerjaanku begitu meny ita waktu, dan anak-anak sekarang sedang flu. Tetapi senang bisa berbicara dengan Ayah, betul aku senang mendengar suara Ayah" Ketika ia menutup teleponnya, aku sekarang menyadari; Dia tumbuh besar persis seperti aku; Ya betul, ternyata anakku "aku banget". Rupanya prinsip investasi berlaku pula pada keluarga dan anak. Seorang investor yang berhasil mendapatkan return yang tinggi, adalah yang selalu peduli dan menjaga apa yang diinvestasikannya. Saya sering melantunkan cuplikan syair tersebut dalam bahasa aslinya, "I'm gonna be like you, Dad, you know I'm gonna be like you",

Thursday, November 13, 2008

i love you MOM

Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic.

Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah di promosikan ke posisi manager. Gaji-nya pun lumayan.

Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2 jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.

Dirumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini betul2 seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be.

Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan rutin layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. "Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan." jawab A be.

Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja Ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali).

Hal ini membuat A be jadi BT (bad temper) dan uring-uringan dirumah. Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari Ibunya, A be melihat sebuah box kecil. Didalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang.. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun.

Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa di bendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring.. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang Ibu-pun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. " Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi".

Setelah ibunya sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja kesupermarket. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli tinta (wartawan). Dan membawa kisah ini kedalam media cetak dan elektronik.

THE SWEETEST Gift

Martha , 35 thn, adalah wanita yang menjadi pembicaraan semua orang. Ia dan suaminya Peterson adalah warga kulit putih, tetapi diantara kedua anaknya, ternyata terdapat satu yang berkulit hitam. Hal ini menarik perhatian setiap orang disekitar mereka untuk bertanya, Martha hanya tersenyum kecil berkata pada mereka bahwa nenek berkulit hitam, dan kakeknya berkulit putih, maka anaknya Monika mendapat kemungkinan seperti ini. Musim gugur 2002, Monika yang berkulit hitam terus menerus mengalami demam tinggi. Terakhir, Dr. Adely memvonis Monika menderita leukimia. "Harapan satu-satunya hanyalah mencari pedonor sumsum tulang belakang yang paling cocok untuknya." Dokter menjelaskan lebih lanjut. "Diantara mereka yang ada hubungan darah dengan Monika merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan pedonor tercocok. Harap seluruh anggota keluarga kalian berkumpul untuk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang." Raut wajah Martha berubah, tapi tetap saja seluruh keluarga menjalani pemeriksaan. Hasilnya tak satupun yang cocok. Dokter memberitahu mereka, dalam kasus seperti Monika ini, mencari pedonor yang cocok sangatlah kecil kemungkinannya. Sekarang hanya ada satu cara yang paling manjur, yaitu Martha dan suaminya kembali mengandung anak lagi. Dan mendonorkan darah anak untuk Monika. Mendengar usul ini Martha tiba-tiba menjadi panik, dan berkata tanpa suara "Tuhan..kenapa menjadi begini ?" Ia menatap suaminya, sinar matanya dipenuhi ketakutan dan putus asa. Peterson mengerutkan keningnya berpikir. Dr. Adely berusaha menjelaskan pada mereka, "saat ini banyak orang yang menggunakan cara ini untuk menolong nyawa para penderita leukimia, lagi pula cara ini terhadap bayi yang baru dilahirkan sama sekali tak ada pengaruhnya. " Hal ini hanya didengarkan oleh pasangan suami istri tersebut, dan termenung begitu lama. Terakhir mereka hanya berkata, "Biarkan kami memikirkannya kembali." Malam kedua, Dr. Adely tengah bergiliran tugas, tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka, pasangan suami-istri tersebut. Martha menggigit bibirnya keras, suaminya Peterson, menggenggam tangannya, dan berkata serius pada dokter. "Kami ada suatu hal yang perlu memberitahumu. Tapi harap Anda berjanji untuk menjaga kerahasiaan ini, karena ini merupakan rahasia kami suami-istri selama beberapa tahun." Dr. Adely menganggukkan kepalanya. Lalu mereka menceritakan: "10 tahun lalu, Martha ketika pulang kerja telah diperkosa seorang remaja berkulit hitam. Saat Martha sadar, dan pulang ke rumah dengan tergesa-gesa, waktu telah menunjukkan pukul 1 malam. Waktu itu aku bagaikan gila keluar rumah mencari orang hitam itu untuk membuat perhitungan. Tapi telah tak ada bayangan orang satupun. Malam itu kami hanya dapat memeluk kepala masing-masing menahan kepedihan. Sepertinya seluruh langit runtuh." Bicara sampai sini, Peterson telah dibanjiri air mata, Ia melanjutkan kembali . "Tak lama kemudian Martha mendapati dirinya hamil. Kami merasa sangat ketakutan, kuatir bila anak yang dikandungnya merupakan milik orang hitam tersebut. Martha berencana untuk menggugurkannya, tapi aku masih mengharapkan keberuntungan, mungkin anak yang dikandungnya adalah bayi kami. Begitulah, kami ketakutan menunggu beberapa bulan. Maret 1993, Martha melahirkan bayi perempuan, dan ia berkulit hitam. Kami begitu putus asa, pernah terpikir untuk mengirim sang anak ke panti asuhan. Tapi mendengar suara tangisnya, kami sungguh tak tega. Terlebih lagi bagaimanapun Martha telah mengandungnya, ia juga merupakan sebuah nyawa. Aku dan Martha merupakan warga Kristen yang taat, pada akhirnya kami memutuskan untuk memeliharanya, dan memberinya nama Monika." Mata Dr. Adely juga digenangi air mata, pada akhirnya ia memahami kenapa bagi kedua suami istri tersebut kembali mengandung anak merupakan hal yang sangat mengkuatirkan. Ia berpikir sambil mengangguk-anggukka n kepala berkata "Memang jika demikian, kalian melahirkan 10 anak sekalipun akan sulit untuk mendapatkan donor yang cocok untuk Monika." Beberapa lama kemudian,ia memandang Martha dan berkata "Kelihatannya, kalian harus mencari ayah kandung Monika. Barangkali sumsum tulangnya cocok untuk Monika. Tetapi, apakah kalian bersedia membiarkan ia kembali muncul dalam kehidupan kalian ?" Martha berkata : "Demi anak, aku bersedia berlapang dada memaafkannya. Bila ia bersedia muncul menyelamatkannya. Aku tak akan memperkarakannya. " Dr. Adely merasa terkejut akan kedalaman cinta sang ibu. Martha dan Peterson mempertimbangkannya baik-baik, sebelum akhirnya memutuskan memuat berita pencarian ini di koran dengan menggunakan nama samaran. November 2002, di koran Wayeli termuat berita pencarian ini,seperti yang digambarkan sebelumnya. Berita ini memohon sang pelaku pemerkosaan waktu itu berani muncul, demi untuk menolong sebuah nyawa seorang anak perempuan penderita leukimia ! Begitu berita ini keluar, tanggapan masyarakat begitu menggemparkan. Kotak surat dan telepon Dr. Adely bagaikan meledak saja, kebanjiran surat masuk dan telepon, orang-orang terus bertanya siapakah wanita ini. Mereka ingin bertemu dengannya, berharap dapat memberikan bantuan padanya. Tetapi Martha menolak semua perhatian mereka, ia tak ingin mengungkapkan identitas sebenarnya, lebih tak ingin lagi identitas Monika sebagai anak hasil pemerkosaan terungkap. Seluruh media penuh dengan diskusi tentang bagaimana cerita ini berakhir. Orang hitam itu akan munculkah? Jika orang hitam ini berani muncul, akan bagaimanakah masyarakat kita sekarang menilainya? Akankah menggunakan hukum yang berlaku untuk menghakiminya Haruskah ia menerima hukuman dan cacian untuk masa lalunya, ataukah ia harus menerima pujian karena keberaniannya hari ini ? Saat itu berita pencarian juga muncul di Napulese, memporakporandakan perasaan seorang pengelola toko minuman keras berusia 30 tahun. Ia seorang kulit hitam, bernama Ajili. 17 Mei 1992 waktu itu, ia memiliki lembaran terkelam merupakan mimpi terburuknya di malam berhujan itu. Ia adalah sang peran utama dalam kisah ini. Tak seorangpun menyangka, Ajili yang sangat kaya raya itu, pernah bekerja sebagai pencuci piring panggilan. Dikarenakan orang tuanya telah meninggal sejak ia masih muda, ia yang tak pernah mengenyam dunia pendidikan terpaksa bekerja sejak dini. Ia yang begitu pandai dan cekatan, berharap dirinya sendiri bekerja dengan giat demi mendapatkan sedikit uang dan penghargaan dari orang lain. Tapi sialnya, bosnya merupakan seorang rasialis, yang selalu mendiskriminasikann ya. Tak peduli segiat apapun dirinya, selalu memukul dan memakinya. 17 Mei 1992, merupakan ulang tahunnya ke 20, ia berencana untuk pulang kerja lebih awal merayakan hari ulang tahunnya. Siapa menyangka, ditengah kesibukan ia memecahkan sebuah piring. Sang bos menahan kepalanya, memaksanya untuk menelan pecahan piring. Ajili begitu marah dan memukul sang bos, lalu berlari keluar meninggalkan restoran. Di tengah kemarahannya ia bertekad untuk membalas dendam pada si kulit putih. Malam berhujan lebat, tiada seorangpun lewat, dan di parkiran ia bertemu Martha . Untuk membalaskan dendamnya akibat pendiskriminasian, ia pun memperkosa sang wanita yang tak berdosa ini. Tapi selesai melakukannya, Ajili mulai panik dan ketakutan. Malam itu juga Ia menggunakan uang ulang tahunnya untuk membeli tiket KA menuju Napulese, meninggalkan kota ini.Di Napulese, ia bertemu keberuntungannya. Ajili mendapatkan pekerjaan dengan lancar di restoran milik orang Amerika. Kedua pasangan Amerika ini sangatlah mengagumi kemampuannya, dan penikahkannya dengan anak perempuan mereka, Lina, dan pada akhirnya juga mempercayainya untuk mengelola toko mereka. Beberapa tahun ini, ia yang begitu tangkas,tak hanya memajukan bisnis toko minuman keras ini, ia juga memiliki 3 anak yang lucu. Di mata pekerja lainnya dan seluruh anggota keluarga, Ajili merupakan bos yang baik, suami yang baik, ayah yang baik. Tapi hati nuraninya tetap membuatnya tak melupakan dosa yang pernah diperbuatnya. Ia selalu memohon ampun pada Tuhan dan berharap Tuhan melindungi wanita yang pernah diperkosanya, berharap ia selalu hidup damai dan tentram. Tapi ia menyimpan rahasianya rapat-rapat, tak memberitahu seorangpun. Pagi hari itu, Ajili berkali-kali membolak-balik koran, ia terus mempertimbangkan kemungkinan dirinyalah pelaku yang dimaksud. Sedikitpun ia tak pernah membayangkan bahwa wanita malangitu mengandung anaknya, bahkan menanggung tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga anak yang awalnya bukanlah miliknya. Hari itu, Ajili beberapa kali mencoba menghubungi no.Telepon Dr.Adely. Tapi setiap kali, belum sempat menekan habis tombol telepon, ia telah menutupnya kembali. Hatinya terus bertentangan, bila ia bersedia mengakui semuanya, setiap orang kelak akan mengetahui sisi terburuknya ini, anak-anaknya tak akan lagi mencintainya, ia akan kehilangan keluarganya yang bahagia dan istrinya yang cantik. Juga akan kehilangan penghormatan masyarakat disekitarnya. Semua yang ia dapatkan dengan ditukar kerja kerasnya bertahun-tahun. Malam itu, saat makan bersama, seluruh keluarga mendiskusikan kasus Martha . Sang istri, Lina berkata : : "Aku sangat mengagumi Martha. Bila aku diposisinya, aku tak akan memiliki keberanian untuk memelihara anak hasil perkosaan hingga dewasa. Aku lebih mengagumi lagi suami Martha , ia sungguh pria yang patut dihormati, tak disangka ia dapat menerima anak yang demikian." Ajili termenung mendengarkan pendapat istrinya, dan tiba-tiba mengajukan pertanyaan: "Kalau begitu, bagaimana kau memandang pelaku pemerkosaan itu ?" "Sedikitpun aku tak akan memaafkannya !!! Waktu itu ia sudah membuat kesalahan, kali ini juga hanya dapat meringkuk menyelingkupi dirinya sendiri, ia benar-benar begitu rendah, begitu egois, begitu pengecut ! Ia benar-benar seorang pengecut !" demikian istrinya menjawab dengan dipenuhi api kemarahan. Ajili mendengarkan saja, tak berani mengatakan kenyataan pada istrinya. Malam itu, anaknya yang baru berusia 5 tahun begitu rewel tak bersedia tidur, untuk pertama kalinya Ajili kehilangan kesabaran dan menamparnya. Sang anak sambil menangis berkata :"Kau ayah yang jahat, aku tak mau peduli kamu lagi. Aku tak ingin kau menjadi ayahku". Hati Ajili bagai terpukul keras mendengarnya, ia pun memeluk erat-erat sang anak dan berkata: "Maaf, ayah tak akan memukulmu lagi. Ayah yang salah, maafkan papa ya." Sampai sini, Ajili pun tiba-tiba menangis. Sang anak terkejut dibuatnya, dan buru-buru berkata padanya untuk menenangkan ayahnya : "Baiklah, kumaafkan. Guru TK ku bilang, anak yang baik adalah anak yang mau memperbaiki kesalahannya. "Malam itu, Ajili tak dapat terlelap, merasa dirinya bagaikan terbakar dalam neraka. Di matanya selalu terbayang kejadian malam berhujan deras itu, dan bayangan sang wanita. Ia sepertinya dapat mendengarkan jerit tangis wanita itu. Tak henti-hentinya ia bertanya pada dirinya sendiri : "Aku ini sebenarnya orang baik, atau orang jahat ?" Mendengar bunyi napas istrinya yang teratur, ia pun kehilangan seluruh keberaniannya untuk berdiri. Hari kedua, ia hampir tak tahan lagi rasanya. Istrinya mulai merasakan adanya ketidakberesan pada dirinya, memberikan perhatian padanya dengan menanyakan apakah ada masalah Dan ia mencari alasan tak enak badan untuk meloloskan dirinya. Pagi hari di jam kerja, sang karyawan menyapanya ramah : "Selamat pagi, manager !" Mendengar itu, wajahnya tiba-tiba menjadi pucat pasi, dalam hati dipenuhi perasaan tak menentu dan rasa malu. Ia merasa dirinya hampir menjadi gila saja rasanya. Setelah berhari-hari memeriksa hati nuraninya, Ajili tak dapat lagi terus diam saja, iapun menelepon Dr. Adely. Ia berusaha sekuat tenaga menjaga suaranya supaya tetap tenang : "Aku ingin mengetahui keadaan anak malang itu." Dr. Adely memberitahunya, keadaan sang anak sangat parah. Dr.Adely menambahkan kalimat terakhirnya berkata :"Entah apa ia dapat menunggu hari kemunculan ayah kandungnya." Kalimat terakhir ini menyentuh hati Ajili yang paling dalam, suatu perasaan hangat sebagai sang ayah mengalir keluar, bagaimanapun anak itu juga merupakan darah dagingnya sendiri ! Ia pun membulatkan tekad untuk menolong Monika. Ia telah melakukan kesalahan sekali, tak boleh kembali membiarkan dirinya meneruskan kesalahan ini. Malam hari itu juga, ia pun mengobarkan keberaniannya sendiri untuk memberitahu sang istri tentang segala rahasianya. Terakhir ia berkata : "Sangatlah mungkin bahwa aku adalah ayah Monika. Aku harus menyelamatkannya. " Lina sangat terkejut, marah dan terluka, mendengar semuanya, ia berteriak marah :"Kau PEMBOHONG !" Malam itu juga ia membawa ketiga anak mereka, dan lari pulang ke rumah ayah ibunya. Ketika ia memberitahu mereka tentang kisah Ajili, kemarahan kedua suami-istri tersebut dengan segera mereda. Mereka adalah dua orang tua yang penuh pengalaman hidup, mereka menasehatinya : "Memang benar, kita patut marah terhadap segala tingkah laku Ajili di masa lalu. Tapi pernahkah kamu memikirkan, ia dapat mengulurkan dirinya untuk muncul, perlu berapa banyak keberanian besar. Hal ini membuktikan bahwa hati nuraninya belum sepenuhnya terkubur. Apakah kau mengharapkan seorang suami yang pernah melakukan kesalahan tapi kini bersedia memperbaiki dirinya, ataukah seorang suami yang selamanya menyimpan kebusukan ini didalamnya ?" Mendengar ini Lina terpekur beberapa lama. Pagi-pagi di hari kedua, ia langsung kembali ke sisi Ajili, menatap mata sang suami yang dipenuhi penderitaan, Lina menetapkan hatinya berkata : "Ajili, pergilah menemui Dr. Adely ! Aku akan menemanimu !" 3 Februari 2003, suami istri Ajili, menghubungi Dr. Adely. 8 Februari, pasangan tersebut tiba di RS Elisabeth, demi untuk pemeriksaan DNA Ajili. Hasilnya Ajili benar-benar adalah ayah Monika. Ketika Martha mengetahui bahwa orang hitam pemerkosanya itu pada akhirnya berani memunculkan dirinya, ia pun tak dapat menahan air matanya. Sepuluh tahun ini ia terus memendam dendam kesumat terhadap Ajili, namun saat ini ia hanya dipenuhi perasaan terharu. Segalanya berlangsung dalam keheningan. Demi untuk melindungi pasangan Ajili dan pasangan Martha , pihak RS tidak mengungkapkan dengan jelas identitas mereka semua pada media, dan juga tak bersedia mengungkapkan keadaan sebenarnya, mereka hanya memberitahu media bahwa ayah kandung Monika telah ditemukan. Berita ini mengejutkan seluruh pemerhati berita ini. Mereka terus-menerus menelepon, menulis surat pada Dr. Adely, memohon untuk dapat menyampaikan kemarahan mereka pada orang hitam ini, sekaligus penghormatan mereka padanya. Mereka berpendapat : "Barangkali ia pernah melakukan tindak pidana, namun saat ini ia seorang pahlawan !" 10 Februari, kedua pasangan Martha dan suami memohon untuk dapat bertemu muka langsung dengan Ajili. Awalnya Ajili tak berani untuk menemui mereka, namun pada permohonan ketiga Martha , iapun menyetujui hal ini. 18 Februari, dalam ruang tertutup dan dirahasiakan di RS, Martha bertemu langsung dengan Ajili. Ajili baru saja memangkas rambutnya, saat ia melihat Martha , langkah kakinya terasa sangatlah berat, raut wajahnya memucat. Martha dan suaminya melangkah maju, dan mereka bersama-sama saling menjabat tangan masing-masing, sesaat ketiga orang tersebut diam tanpa suara menahan kepedihan, sebelum akhirnya air mata mereka bersama-sama mengalir. Beberapa waktu kemudian, dengan suara serak Ajili berkata : "Maaf...mohon maafkan aku ! Kalimat ini telah terpendam dalam hatiku selama 10 tahun. Hari ini akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengatakannya langsung kepadamu." Martha menjawab :"Terima kasih kau dapat muncul. Semoga Tuhan memberkati, sehingga sumsum tulang belakangmu dapat menolong putriku". 19 Februari, dokter melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang Ajili. Untungnya, sumsum tulang belakangnya sangat cocok bagi Monika. Sang dokter berkata dengan antusias : "Ini suatu keajaiban !" 22 Februari 2003, sekian lama harapan masyarakat luas akhirnya terkabulkan. Monika menerima sumsum tulang belakang Ajili, dan pada akhirnya Monika telah melewati masa kritis. Satu minggu kemudian, Monika boleh keluar RS dengan sehat walafiat. Martha dan suami memaafkan Ajili sepenuhnya, dan secara khusus mengundang Ajili dan Dr. Adely datang kerumah mereka untuk merayakannya. Tapi hari itu Ajili tidak hadir, ia memohon Dr. Adely membawa suratnya bagi mereka. Dalam suratnya ia menyatakan penyesalan dan rasa malunya berkata :"Aku tak ingin kembali mengganggu kehidupan tenang kalian. Aku berharap Monika berbahagia selalu hidup dan tumbuh dewasa bersama kalian. Bila kalian menghadapi kesulitan bagaimanapun, harap hubungi aku, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu kalian". "Saat ini juga, aku sangat berterima kasih pada Monika, dari dalam lubuk hatiku terdalam, dialah yang memberiku kesempatan untuk menebus dosa. Dialah yang membuatku dapat memiliki kehidupan yang benar-benar bahagia di separoh usiaku selanjutnya. Ini adalah hadiah yang ia berikan padaku !"

SEBUAH RENUNGAN UNTUK PARA JOMBLO

Seperti anak-anak muda seumurannya, Sarai pun memiliki kerinduan untuk mendapatkan pacar. Sambil melirik-lirik teman sekampusnya, tak lupa Sarai selalu berdoa "Tuhan, berikan aku seorang pacar yang takut akan Engkau, penuh pengertian, lembut hati, bijaksana dan setia. Terserah siapa yang Engkau pilihkan, aku akan menerimanya sebagai pemberianMu" Ketika Sarai merayakan Natal di kampungnya, Sarai kembali bertemu dengan Gita sahabatnya sewaktu kecil dulu. Sarai sebenarnya tahu bahwa sejak kelas 5 SD Gita naksir dirinya. Saat mereka duduk di bangku SMP, Gita selalu mencari-cari alasan supaya bisa mondar-mandir lewat di depan rumah Sarai. Sarai pun sengaja keluar masuk rumah supaya bisa bertemu Gita. Rupanya mereka terlibat cinta monyet. Saat mereka duduk di bangku SMA, mereka tetap menyimpan rasa cinta di dalam hati masing-masing. Sarai tidak pernah berani menatap mata Gita, karena malu kalau terbaca seberapa besar cintanya kepada Gita. Gita pun demikian. Walaupun hati mereka dekat dan saling menyayangi, tetapi mereka tidak pernah berani menyatakan kata cinta. Gita, sebagai anak kampung dari strata sosial di jauh bawah keluarga Sarai, tentu saja tidak memiliki keberanian untuk menyatakan cinta kepada Sarai. Jadilah hati mereka saling berpacaran, tanpa kata, tanpa sentuhan, tanpa pelukan dan juga tanpa kencan. Saat mereka bertemu lagi dalam acara Natal itu, Gita memberanikan diri menyatakan cintanya kepada Sarai. Walaupun sebenarnya Sarai masih menyimpan cintanya untuk Gita, tetapi gengsinya terlalu tinggi untuk menerima cinta Gita. Sarai yang berasal dari keluarga terpandang, tidak berani mengambil resiko untuk menjadi kekasih Gita, kaum jelata dari kelas "sudra". Sarai juga kuatir Gita yang hanya berpendidikan diploma, tidak akan bisa menyesuaikan diri dengan teman-teman kuliah Sarai di kampus yang cukup bergengsi itu. Saat itu Sarai pun berdoa "Tuhan, sebenarnya saya mencintai Gita, tapi saya malu karena status sosial Gita. Berikan saya pacar yang sebaik Gita, tetapi tidak culun, udik dan berpendidikan minimal S-1!" Ketika Sarai aktif dalam pelayanan gereja, ia berteman akrab dengan Ito, seorang mahasiswa Theologia, teman sekampusnya. Persahabatan itu mendatangkan suka cita di antara mereka berdua dan bagi teman-teman di sekitarnya. Kematangan Ito dan kesediaannya mendengar keluh kesah Sarai, membuat ia layak menjadi kakak sekaligus penolong bagi Sarai. Saat Ito hendak mengubah kedekatan itu menjadi hubungan percintaan, Sarai menolak, karena menurutnya Ito bukanlah tipe laki-laki yang didambakannya. Walaupun sejujurnya Ito memenuhi kriteria laki-laki yang sering disebut dalam doa-doanya, namun mata Sarai lebih menguasai hatinya. "Tuhan, berikanlah sahabatku Ito seorang pacar, tetapi jangan saya. Saya tahu dia baik dan penyayang, tapi dia tidak rapi, tidak tampan dan mulutnya terlalu lebar. Tolong berikan saya pacar, tapi jangan yang sejelek Ito" Walaupun Ito dan Sarai masih bersahabat, tetapi mereka tak seakrab yang dulu. Ito yang telah memasuki smester-smester akhir harus mempersiapkan diri untuk praktek penggembalaan di luar kota. Sarai pun makin sibuk dengan kegiatan kampusnya. Mereka semakin jauh, jauh, dan lama kelamaan nama Ito terhapus dari kehidupan Sarai. Suatu ketika Sarai ditunjuk mewakili kampusnya untuk mengikuti seminar antar kampus di tingkat regional untuk beberapa hari. Saat bertemu dengan Arjuna, mahasiswa tertampan dari kampus lain, Sarai langsung berdoa dalam hati "Tuhan, sungguh indah ciptaanMu! Engkau yang Maha Murah, berikanlah Arjuna menjadi pacarku". Si tampan Arjuna yang berpenampilan clam dan cool itu membuat Sarai semakin penasaran. Walaupun Sarai berpura-pura cuek, tapi hatinya terus menerus berdoa, memaksa Tuhan untuk menggerakkan hati Arjuna supaya mau menghampirinya. Entah karena doa-doa yang setengah memaksa Tuhan atau karena sikap Sarai yang jinak-jinak merpati, tahu-tahu Arjuna aktif melakukan PDKT. Usaha Arjuna terus dilanjutkan walaupun mereka telah kembali ke kota masing-masing. Singkat cerita mereka berpacaran jarak jauh dan hanya seminggu sekali mereka bertemu. Walaupun Arjuna mengakui secara jujur bahwa ia berasal dari keluarga miskin, Sarai nggak mau tahu. Rupanya Sarai sudah terjerat cinta sejak pandangan pertama! Sebulan dua bulan hubungan mereka lancar. Namun begitu masuk bulan keenam komunikasi mereka agak tersendat. Arjuna yang dulu rajin mengunjungi kost Sarai setiap akhir pekan, tiba-tiba minta dimengerti karena tidak bisa berkunjung terlalu sering. Untuk membuktikan bahwa Arjuna tidak pindah ke lain hati, ia pun mempersilakan Sarai untuk datang sewaktu-waktu ke pondokannya. Saat Sarai ingin membuktikan kebenaran kata-kata Arjuna, ia pun berkunjung ke tempat kost Arjuna. Sarai hampir pinsan ketika melihat kenyataan bahwa Arjuna tak semiskin yang ia bayangkan. Dari mulut Arjuna, Sarai sudah bisa membayangkan bahwa Arjuna memang bukan anak dari keluarga berada. Namun keadaan yang didapati Sarai benar-benar membuatnya shock. Ternyata Arjuna hanya menempati kamar ukuran 2X3 meter yang berdinding bambu dan berlantai tanah. Sarai pun mundur teratur sambil berdoa "Tuhan, bukan yang ini yang saya minta! Saya ingin pacar yang setampan dan sebaik Arjuna tetapi jangan yang terlalu miskin. Bolehlah Engkau kasih saya pacar yang sederhana, tetapi jangan yang sekere ini" Lama sekali Sarai tidak menemukan kekasih hati. Ia pun masih terus berdoa supaya Tuhan memberikan teman laki-laki yang sesuai dengan kriterianya. Namun ketika bertemu dengan Suromenggolo, laki-laki tampan, gagah dan berpenampilan sempurna itu, Sarai menjadi lupa dengan doa-doanya. Ia merasa yakin suatu saat laki-laki itun akan menjadi miliknya. Suromenggolo yang duduk sebagai ketua panitia kegiatan cinta alam, mulai melirik-lirik Sarai yang terlibat sebagai peserta. Setiap ada kesempatan, Sarai pun mencuri-curi pandang supaya bisa menikmati ketampanan Suromenggolo. Suromenggolo yang berwajah oval dan dihiasi kumis tipis dan sepasang mata bersinar di bawah alis yang indah, benar-benar membuat tercengang setiap perempuan yang melihatnya. Kulitnya yang hitam manis, sangat serasi dengan senyumnya yang manis dan menggetarkan hati setiap perempuan . Ketika Sarai mengalami kesulitan untuk mendirikan tendanya, Suromenggolo menghampiri nya dengan senyum yang sungguh menawan. Sapaan nan lembut dan santun Suromenggolo membuat Sarai bagaikan Dewi di kayangan. Dengan sopan Suromenggolo menyodorkan tangan untuk berkenalan, membuat Sarai yakin bahwa laki-laki tampan di hadapannya berasal dari keluarga yang beradab. Beberapa hari berpetualang di alam bersama, membuat Sarai dan Suromenggolo semakin akrab. Setiap Sarai mengalami kesulitan, Suromenggolo datang membantu tanpa diminta. Setiap menjelang magrib, saat Sarai dan teman-teman perempuannya pergi untuk mandi di kali, tanpa diminta Suromenggolo pun bersedia mengawal bak pahlawan yang selalu siap menjaga kehormatan teman-teman perempuannya. Sikap Suromenggolo yang "care" dan penuh perhatian, membuat Sarai yakin bahwa Suromenggolo adalah laki-laki ideal yang diinginkannya. Ketika petualangan di alam bebas itu diakhiri dengan mendaki gunung, Suromenggolo menggunakan kesempatan untuk merebut simpati Sarai. Selama perjalanan, Suromenggolo menunjukkan perhatian yang sangat besar dan kesediaan menolong setiap anak buahnya. Sikap Suromenggolo yang melindungi, benar-benar membuat setiap orang yang berada di dekatnya merasa aman. Kata-kata Suromenggolo yang lembut, santun dan bijaksana sungguh menyejukkan hati Sarai. Terlebih dengan sikap dan perhatian khusus yang penuh cinta, yang selalu diarahkan Suromenggolo kepada Sarai. Sarai benar-benar tersanjung melihat Suromenggolo yang begitu memperhatikan dan mengkuatirkannya. Melalui tatapan mata dan bahasa tubuhnya, Suromenggolo mengisyaratkan bahwa ia tak ingin Sarai merasakan kesusahan. Suromenggolo seolah tahu kapan keringat Sarai hendak menetes dan kapan ia harus mengeluarkan sapu tanganya untuk membersihkan kening Sarai. Ketika Sarai tergelincir, tangan Suromenggolo meraihnya dengan cepat, sehingga Saraipun aman bersamanya. Suromenggolo rela menggendong dua ransel, supaya pundak Sarai tidak terkelupas oleh beratnya beban. Begitu cuaca mulai berkabut, Suromenggolo melepas jaketnya untuk dipakaikan ke tubuh Sarai. Ketika kaki Sarai terkelupas oleh jauhnya perjalanan, Suromenggolo tidak mempercayakan perawatan luka di kaki Sarai kepada petugas P3K. Dengan tangannya sendiri, Suromenggolo mencuci dan mengobati kaki Sarai. Selama perjalanan pulang ke kampus, Suromenggolo selalu menjagai Sarai. Walaupun Sarai masih bisa berjalan dengan baik, tetapi Suromenggolo selalu berusaha menjaganya. Tanpa diminta, Suromenggolo selalu menuntun Sarai ketika naik dan turun dari bis. Di dalam bis pun Suromenggolo selalu berusaha mencarikan minum dan makanan untuk Sarai. Setibanya di kampus, sebenarnya Sarai bisa pulang sendiri ke kostnya. Tetapi Suromenggolo merasa bertanggung jawab untuk mengantar Sarai hingga di depan pintu kostnya. Tidak berhenti di situ saja! Malam harinya Suromenggolo datang lagi ke tempat kost Sarai dengan membawa dua rantang makan malam dan obat kompres untuk kaki Sarai. Semula Sarai menolak pemberian itu, karena ia menyangka bahwa Suromenggolo adalah sesama anak kost yang uangnya mepet. Tetapi Suromenggolo berusaha meyakinkan bahwa makanan yang dibawanya adalah masakan ibunya yang memang disiapkan untuk Sarai. Malam-malam berikutnya Suromenggolo selalu datang dengan setangkai bunga yang terselip di rantang catering ibunya. Teman-teman kost Sarai pun memuji perhatian dan kasih sayang Suromenggolo yang seakan tak pernah ada habisnya. Tidak berlebihan jika Sarai GR (gede rasa). Ia pun langsung berdoa "Tuhan, inilah orang yang kupilih. Berkatilah supaya dia menjadi kekasihku selamanya". Saat itu bagi Sarai, berdoa adalah nomor kesekian. Tuhan bukanlah tempat Sarai berkonsultasi karena Sarai bisa memilih sendiri laki-laki yang diinginkannya. Setiap berdoa, Sarai hanya cukup melapor dan meminta dukungan Tuhan atas apa yang diinginkannya. Ketampanan, cinta dan romantisme Suromenggolo telah membuat Sarai menempatkan Tuhan hanya sebagai asisten yang selalu diminta membantu Sarai mencapai keinginannya. Mungkin inilah yang dinamakan cinta buta. Api asrama yang berkobar di antara mereka, telah membuat Sarai tidak mampu melihat sisi lain kehidupan Suromenggolo. Walaupun Sarai tahu bahwa Suromenggolo bukan anak Tuhan yang sepadan dengannya, namun Sarai ngotot dan merasa mampu memperkenalkan Juru Selamat kepada Suromenggolo. Terlebih lagi Suromenggolo sendiri sudah bersedia untuk beribadah di gereja Sarai. Inilah yang selalu dijadikan senjata pembela diri, ketika orang tua dan kakak Sarai tidak menyukai hubungan mereka. Walaupun kakak Sarai sudah memberitahukan berkali-kali tentang masa lalu Suromenggolo yang suka berkelahi dan mabuk-mabukan, tetapi perhatian dan kelembutan Suromenggolo telah memabukkan Sarai. Sarai merasa saat itu dia lah yang paling tahu siapa Suromenggolo yang sesungguhnya. Walaupun induk semang Sarai berkali-kali memberitahu bahwa Suromenggolo adalah anak kolong yang keluargnya amburadul, Sarai tetap dengan keyakinannya bahwa laki-laki yang dikenalnya adalah sosok yang penuh cinta dan kasih sayang. Ketampanan, romantisme dan sikap santun Suromenggolo sama sekali bertolak belakang dengan pernyataan induk semang Sarai. Ketika berkenalan lebih dekat dengan keluarga Suromenggolo, Sarai dihadapkan kenyataan bahwa Suromenggolo memang bukan berasal dari keluarga yang harmonis. Kenyataan bahwa ayah Suromenggolo sering melakukan kekerasan terhadap istri dan anak-anaknya, justru didengar Sarai dari mulut ibu Suromenggolo. Dengan berlinang air mata ibu Suromenggolo menceritakan penderitaan dirinya yang sering diperlakukan kasar dan ditinggal kabur ayahnya. Penderitaan ibu Suromenggolo semakin lengkap ketika ia tidak memiliki daya untuk melindungi anak-anaknya dari siksaan suaminya. Kisah mengharukan itu semakin diperkuat dengan cerita Suromenggolo yang mengaku bahwa siksaan dari ayahnya merupakan makanan sehari-hari untuknya. Pengenalan Sarai terhadap keluarga Suromenggolo tidak menyurutkan cintanya. Sebaliknya, Sarai semakin mengagumi Suromenggolo. Di mata Sarai, Suromenggolo adalah pribadi yang tegar. Walaupun tidak pernah menerima kasih sayang dari ayahnya, namun ia memiliki cinta dan kasih sayang yang begitu besar untuk orang lain, terutama untuk Sarai. Sarai semakin kagum karena Suromenggolo yang sedari kecilnya terbiasa menerima siksaan, tetapi setelah dewasa bisa tampil sebagai sosok pelindung yang penuh kasih. Bukan hanya Sarai yang membutuhkan Suromenggolo. Kehadiran Sarai pun semakin mengobarkan semangat hidup Suromenggolo. Sarai adalah satu-satunya orang yang mengerti penderitaan Suromenggolo. Ibu Suromenggolo yang harus berjuang keras menghidupi anak-anaknya, telah membuat Suromenggolo tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup. Menurut Suromenggolo, setelah masa remajanya terbuang sia-sia dalam kehidupan yang penuh nikotin, alkohol dan perkelahian, ibunya baru datang menghampirinya. Saat Suromenggolo menjelang dewasa, ibunya berusaha menebus kesalahannya dengan memberikan kasih sayang yang berlebih. Walaupun ibunya telah memberikan kemanjaan yang berlebih, Suromenggolo tetap membutuhkan kasih lembut Sarai. Walaupun kecantikan Sarai tak sebanding dengan ketampanannya, Suromenggolo tetap membutuhkan Sarai sebagai calon pendamping, sekaligus sebagai "ibu". Tanpa pikir panjang lagi, setelah 2 tahun berpacaran mereka memutuskan untuk menikah, setelah Suromenggolo bersedia dibaptis di gereja Sarai. Ketika itu Sarai menodong Tuhan untuk mencari pembenaran atas keputusannya "Tuhan, inilah orang yang Kaupilih untuk mendampingiku. Walaupun banyak muridMu tidak sepenuhnya mendukung hubungan kami, namun untuk kali ini, biarlah aku mewujudkan keinginanku. Untuk lain kali, bolehlah kehendakMu yang jadi. Namun untuk kali ini saja, biarlah kehendakku yang jadi" Walaupun secara materi mereka berdua tidak memiliki kesiapan sama sekali, mereka nekad membina rumah tangga hanya dengan bermodal cinta. Layaknya syair yang dilantunkan oleh pedangdut, mereka rela hidup menderita, tidur hanya beralas koran dan makan sepiring berdua. Sarai yang sudah bekerja harus menopang bahtera yang dikemudikan oleh Suromenggolo. Sarai yang bekerja di dua tempat hingga larut malam, tidak membuat Suromenggolo lelah menunggunya di rumah. Suromenggolo justru senang kalau ia bisa memasak makan malam untuk mereka berdua. Tahun pertama perkawinan mereka benar-benar penuh dengan kemesraan. Mereka tidak peduli apa kata orang. Mereka juga tak peduli kalaupun dunia ini akan runtuh, asalkan mereka selalu berdua. Kebahagian mereka semakin bertambah saat Suromenggolo mendapatkan pekerjaan yang cukup bagus dengan gaji yang lumayan. Memasuki tahun kedua, Sarai dan Suromenggolo sepakat untuk melewatkan libur Natal di rumah keluarga Suromenggolo. Saat malam Natal tiba, Sarai mulai kecewa karena Suromenggolo dan ibunya menghalanginya untuk pergi ke gereja. Suromenggolo menenangkan Sarai dengan menjanjikan untuk mengantarnya ke gereja esok paginya. Mereka berdua sepakat untuk pergi ke gereja pada jam 05.00. Di pagi yang buta Sarai menggandeng tangan Suromenggolo untuk pergi ke gereja. Belum sempat pasangan muda itu melangkah keluar pintu, ibu Suromenggolo menggagalkan rencana mereka. Suromenggolo meminta pengertian Sarai untuk menggeser rencana mereka sampai jam 07.00. Sarai pun setuju. Namun begitu waktu ibadah yang kedua sudah hampir tiba, Suromenggolo masih sibuk menemani ibunya. Sarai kembali bersabar, menunggu Suromenggolo menyediakan waktu untuk istri dan Tuhannya pada jam 09.00. Lagi-lagi gagal! Suromenggolo mencoba menggeser rencana mereka sampai jam 11.00. Namun, gagal lagi gagal lagi! Hari itu tampaknya Suromenggolo benar-benaar milik ibunya. Kesabaran Sarai sudah sirna. Ketika hari telah bergeser hingga jam 17.00, dan ibu Suromenggolo belum ingin melepaskan anaknya menikmati kebersamaan dengan istrinya, Saraipun mengambil sikap. Tanpa ijin suami dan mertuanya, Sarai nekad pergi ke gereja sendiri. Walaupun berbakti dan memuji Tuhan adalah hak Sarai yang paling azazi, namun Suromenggolo dan ibunya menganggap hal tersebut merupakan pelecehan terhadap kekuasaan sang suami. Hari itu Sarai divonis bersalah karena berani meninggalkan rumah tanpa restu suaminya. Sarai yang berasal dari keluarga yang taat beribadah, tentu saja sangat kecewa melihat suaminya menerima Kristus hanya di bibirnya saja. nilah sumber konflik yang pertama. Mulai saat itu, Suromenggolo semakin mengatur dan menuntut sarai untuk berperan sebagai mana ibunya. Sarai yang bekerja di kantor tentunya tidak sanggup menerima beban ganda yang ditimpakan oleh suaminya. Masakan Sarai yang tidak lezat dan dandanan yang tak seluwes ibu mertuanya, seringkali dipakai Suromenggolo untuk melecehkan Sarai. Sarai baru menyadari bahwa ia sedang hidup bersama dengan penderita oidepus complex. Sarai tidak menyerah. Ia justru ingin belajar dari ibu mertuanya yang merupakan figur ibu rumah tangga yang nrimo, mengabdi dan menerima apa saja perlakukan suaminya. Namun sayang, belum selesai berguru kepada mertuanya, Sarai hamil. Sejak saat itu Sarai lebih berkonsentrasi pada buah hati yang ada di dalam perutnya. Perhatian sarai yang terbagi untuk memikirkan kesehatan diri dan janinnya, membuat Suromenggolo merasa perhatian dan kasih sayang Sarai tak cukup lagi buatnya. Suromenggolo mulai mencari perhatian dari teman-teman sekantornya. Ia rela melakukan apa saja supaya bisa diterima dan dikagumi teman-temannya. Seringkali Suromenggolo tidak membawa pulang uang gajinya demi menyenangkan teman-temannya. Panggilan "Bos" dari rekan-rekannya membuat Suromenggolo merasa tidak cukup hanya dengan bermodalkan uang gajinya. Tak jarang ia menggunakan uang istrinya hanya untuk berfoya-foya dengan teman-temanya. Merasa uangnya kurang, Suromenggolo mulai berkhayal menjadi orang kaya melalui perjudian. Saat Suromenggolo kalah berjudi, ia meyakinkan Sarai bahwa lain kali ia akan meraup keuntungan dari permainan judinya. Ketika Suromenggolo mendapatkan kemenangan yang kecil, ia semakin bersemangat untuk meyakinkan Sarai bahwa di waktu-waktu mendatang ia akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan lebih besar lagi. Keuangan mereka semakin kacau. Baik kekalahan maupun kemenangan, bagi Suromenggolo harus dirayakan dengan alkohol. Bau alkohol dari mulut Suromenggolo membuat Sarai tidak bisa melayaninya di tempat tidur. Namun penolakan Sarai tidak membuat Suromenggolo mundur. Sebaliknya, Suromenggolo menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. Semakin dilecehkan dan diperlakukan secara tidak bermartabat, Sarai semakin frigit. Inilah neraka bagi Sarai. Semakin ia frigit, Suromenggolo semakin bersemangat untuk "memperkosanya". Walaupun anak mereka telah lahir, Suromenggolo tidak berubah. Mau tidak mau, Sarai bersikap lebih tegas lagi. Ia berusaha mengendalikan uang gajinya sendiri supaya bahtera keluarganya tidak tenggelam. Paling tidak Sarai merasa bertanggung jawab untuk menghidupi anaknya. Kesenangan Suromenggolo bersama teman-temannya, membuat Sarai seolah janda beranak satu, yang harus berjuang sendiri menghidupi anaknya. Buah hati mereka yang sakit-sakitan seolah bukan masalah Suromenggolo. Semua ditimpakan kepada Sarai. Kesulitan hidup yang dihadapi Sarai membuat ia seolah mati rasa. Ketidakhadiran Suromenggolo di saat anaknya perlu dilarikan ke rumah sakit karena demam tinggi, sudah dianggap hal yang biasa. Sarai tidak punya waktu lagi untuk mengemis cinta dan belas kasihan dari suaminya. Ia merasa harus bisa hidup dan membagi cinta bersama anaknya. Merasa kehadirannya tak berpengaruh dalam kehidupan istri dan anaknya, Suromenggolo mulai mencari pengakuan, baik di dalam maupun di luar rumah. Sejak saat itu, Suromenggolo bukan saja menuntut Sarai menjadi sama dengan ibunya, tetapi ia sendiri menghadirkan potret ayahnya. Kesalahan-kesahalan kecil yang dilakukan Sarai bisa membuat ia murka. Cerita tokoh Suromenggolo yang penuh cinta, kasih sayang dan romantisme sudah berakhir. Ia hadir layaknya "warok suromenggolo" yang menakutkan. Ia telah berubah wujud menjadi monster yang tertawa puas ketika melihat Sarai dengan kening terluka, bibir dan hidung yang berlumuran darah, mata yang membengkak atau yang merangkak kesakitan sambil berlutut atau mencium telapak kaki sambil memohon belas kasihan dari Suromenggolo Suromenggolo menerima Tuhan Yesus hanya karena cintanya kepada Sarai, bukan karena ia mencintai Juru Selamat. Suromenggolo menjadikan Kristen hanya sebagai identitas, dan bukan karena ia ingin hidup meneladani Kristus. Ia menjadi Kristen, bukan karena dia "ngefans" dengan pribadi Kristus, tetapi karena ia "ngebet" untuk mendapatkan cinta Sarai. Ketika cinta itu redup, Suromenggolo pun rela meninggalkan Kristus. Ia rela menukar Janji Keselamatan dengan perempuan lain yang lebih cantik, sexy, menggairahkan dan bersedia diperlakukan sebagai "ibunya". ****** Kisah nyata di atas terjadi karena Sarai tidak mengandalkan Yesus. Ketika ia kepincut dengan ketampanan dan terbius oleh cinta seorang laki-laki, ia menomor duakan Tuhan Yesus. Karena merasa yakin bahwa pilihannya bisa memuaskan matanya, ia pun berdoa "Biarlah kehendakku saja yang terjadi, bukan kehendakMu". Kesalahan yang terbesar dalam hidup Sarai adalah tidak mengandalkan campur tangan Tuhan ketika mengambil keputusan. Bahkan orang-orang di sekitar Sarai yang dipakai oleh Tuhan untuk mengingatkannya, dianggap angin lalu saja. Walaupun banyak orang bilang bahwa Tuhan akan menyediakan "Abraham" yang lebih baik bagi Sarai, tetapi ia telah dibutakan oleh ketampanan dan romantisme dari laki-laki yang tak sepadan di hadapan Allah. Oleh : Lesminingtyas